Pernahkah terpikir oleh kita bagaimana caranya organ dalam tubuh mengolah makanan yang sudah ditelan? Bagaimana proses kimiawi yang saling berkolaborasi?
Inilah hal yang patut kita renungi bahwa betapa Allah amat menyayangi kita sebagai hamba-Nya.
Tidak pernah sekalipun kita mendengar maupun merasakan berisiknya makanan yang diolah tersebut. Jika dibandingkan dengan mesin yang terdapat di pabrik, tentu kita tidak bisa tidur dengan nyenyak. Kita mampu tertidur pulas padahal saat itu lambung, usus, ginjal, dan organ lainnya saling bersinergi bekerja sama. Hasilnya nutrisi makanan akan diserap tubuh sedangkan ampasnya disalurkan ke pembuangan.
Mereka tidak menganggu waktu sehari-hari dengan menimbulkan suara yang bising seperti riuhnya mesin pabrik.
Akan tetapi Maha Baiknya Allah, Dia merancang sinyal yang otomatis aktif jika manusia mulai lalai menjaga dirinya. Tiba-tiba si fulan mendengar suara keroncongan dari perutnya, pertanda lapar dan harus segera makan. Jika dibiarkan, sinyal tersebut akan naik setingkat lebih tinggi yakni kambuhnya asam lambung penyebab perihnya ulu hati.
Saat akan buang air, otot polos berkontraksi dan mengalami perasaan kebelet. Saat lelah, mata jadi mengantuk dan tidur menjadi solusi melepas penat.
Bayangkan jika Allah tidak menciptakan pertanda sinyal tersebut, akan jadi apa kita? Tentu kita akan mengalami gangguan pencernaan, disfungsi organ, mati rasa, dehidrasi, dan hal buruk lain yang tidak diinginkan. Inilah nikmat Allah yang mungkin sering terlupa.
Begitulah bukti, tanpa Allah diri ini bukanlah siapa-siapa. Maka ungkapan yang populer disampaikan Ayahman dalam beberapa kali kajian ialah “We are nothing, Allah is everything” yang merupakan interpretasi makna mendalam dari penyederhanaan zikir “La haula wala quwwata illa billah” yang berarti tiada daya dan upaya kecuali dari Allah.
Maha Suci Allah yang telah menciptakan semua dengan bentuk paling sempurna. Inilah gambaran yang Allah sebutkan di Al-Qur’an dalam surah At-Tin ayat 4.
لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ
“Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
Segala yang Dia tetapkan semua atas izin-Nya. Tanpa-Nya kita tidaklah berarti, karena sejatinya kita berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah. Sehingga tidak patut manusia lemah dan penuh kurang ini sombong dan meninggi seperti langit.