Program Kemasjidan di Masjid Kapal Munzalan Indonesia (MKMI)

Bagikan :
Kemasjidan, 4 Juli 2024

Kemasjidan adalah suatu program rutin setiap hari kamis yang diikuti oleh seluruh Santri Penerima Amanah (SPA) Masjid Kapal Munzalan Indonesia (MKMI). Pada kali ini edisi hari Kamis, tanggal 4 Juli 2024

Kemasjidan dilaksanakan secara offline di Masjid Kapal Munzalan Indonesia (MKMI), Jl. Sungai Raya Dalam , Gg. Imaduddin Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya. Untuk Santri Penerima Amanah (SPA) di luar Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya, maka Kemasjidan ini dapat diikuti secara online melalui aplikasi Zoom.

Program Kemasjidan ini bertujuan untuk menjaga dan menanamkan spirit dakwah kemasjidan sesuai dengan koridor yang telah ditetapkan di dalam lingkungan Masjid Kapal Munzalan Indonesia (MKMI).

Dilaksanakan di dalam ruangan masjid dengan peserta seluruh Santri Penerima Amanah (SPA) Masjid Kapal Munzalan Indonesia (MKMI). Acara dibuka oleh Kepala Staff Khusus Kepengasuhan (SKK), kemudian dilanjutkan dengan materi kemasjidan yang disampaikan oleh KH. Luqmanulhakim atau yang biasa akrab disapa Ayahman.

Dalam kesempatan ini Ayahman antara lain menyampaikan mengenai dimensi dakwah yaitu yang pertama adalah dakwah itu sendiri yaitu mengajak orang berbuat baik. Kemudian yang kedua adalah target dakwah, yaitu orang yg dilibatkan dalam dakwah (penerima manfaat dakwah), dan yang ketiga adalah mesin dakwah, yaitu adalah orang-orang yang melibatkan diri dalam menggerakkan roda dakwah, dalam hal ini diantaranya adalah para Santri Penerima Amanah (SPA).

Ayahman menyampaikan pentingnya menjaga keikhlasan dalam dakwah, yaitu hanya mencari ridha Allah dalam mengemban amanah atau dalam berkarya di dalam dakwah. Dalam kaitan dengan menjaga keikhlasan ini Ayahman menyampaikan ayat Al-Qur’an Surah Fussilat (41) : 36, yang artinya :

“Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Jadi Allah mengajarkan kepada kita untuk meminta perlindungan kepadaNya atas gangguan syetan, termasuk gangguan syetan yang dapat merusak keikhlasan kita dalam dakwah. Ayahman melanjutkan bahwa menjaga amanah dalam dakwah itu tidak mudah, ikhlasnya harus dua lapis, yaitu melawan diri sendiri dan melawan godaan dari luar.

Kemudian Ayahman menyampaikan ayat Al-Qur’an Surah Al-An’am (6) : 112, yang artinya :

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan”.

Dalam kaitan dengan ayat ini, Ayahman menegaskan kembali bahwa syetan dapat berwujud jin dan juga manusia, maka kita harus waspada dan berhati-hati dalam menghadapinya. Beliau juga meyampaikan bahwa tidak ada makhluk yang bernama hantu, karena hantu itu tidak nyata dan hanya berupa prasangka kita saja.

Kemudian Ayahman melanjutkan penyampaiannya mengenai ayat Al-Qur’an Surah Al-Hujurat (49) : 6, yang artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.

Disini beliau mengingatkan untuk pentingnya bertabayyun apabila mendengar berita sensitif. Lebih lanjut Ayahman memberi nasihat untuk para Santri Penerima Amanah (SPA) yang mendapat amanah sebagai Wakil Pengasuh, Musyrif, Kepala Bagian dan Kepala Unit agar mau mendengar keluhan dari teman-teman SPA yang lain. Ayahman melanjutkan nasihatnya mengenai pentingnya memahami persepsi, sudut pandang, sehingga tidak menimbulkan prasangka dan fitnah. Juga harus menguatkan niat untuk bertahan di dalam dakwah.

Ayahman juga menjelaskan tentang mesin dakwah, yaitu orang-orang yang terlibat di dalam dakwah. Disini ditekankan tentang pentingnya membangun manusia sebagai mesin dakwah. Setiap orang memiliki potensi kebaikan, sehingga kita jangan mudah untuk melabeli seseorang dengan predikat yang buruk. Jika kita diberi evaluasi, ditegur dan dicari-cari apabila sedang tidak ada, maka itu adalah bentuk dari cinta atau perhatian. Karena lawan dari cinta yang sebenarnya bukanlah benci, tetapi lawan dari cinta adalah rasa tidak peduli atau ketidakpedulian.

Terakhir Ayahman menyampaikan ayat Al-Qur’an Surah Muhammad (47) : 7, yang artinya :

“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”.

Ayahman menegaskan pentingnya untuk menanamkan niat yang kuat seperti pasak agar dapat bertahan di dalam dakwah. Niat yang benar karena Allah akan membawa kita sampai ke arah tujuan yang sama yaitu keridhaan Allah. Sebaliknya jika maksud dan tujuan awal sudah berbeda, maka tidak akan mungkin sampai kepada tempat tujuan akhir yang sama. Ini dapat diibaratkan dengan kendaraan, lebih baik berbeda kendaraan tapi satu tujuan, daripada satu kendaran tapi berbeda tujuan.

 

 

Berita Populer