Kajian KHAMI bersama Ayahman: Menjadi Perempuan yang Sesungguhnya

Bagikan :
KAJIAN – KH.Luqmanulhakim (Ayahman) menyampaikan Kajian KHAMI di Masjid Kapal Munzalan Indonesia (MKMI) pada Sabtu (14/6). (Foto: Michelia Rahmina)

Penulis Michelia Rahmina | Editor Chairul Rijal Fitriandi

masjidkapalmunzalan.id – Masjid Kapal Munzalan Indonesia (MKMI) dan kanal daring yang dibuat oleh pengurus KHAMI (Khadijah Munzalan Indonesia) menjadi saksi sebuah kajian mendalam mengenai peranan perempuan. Sesi perdana KHAMI ini dibersamai oleh K.H. Luqmanulhakim (Ayahman) dan didampingi Bunda Nurul Fitri, membahas tema esensial: “Menjadi Perempuan yang Sesungguhnya” pada Sabtu, 14 Juni 2025. Acara ini bertujuan menciptakan ruang bertumbuh dan belajar bersama bagi internal, yaitu para Santri Penerima Amanah (SPA) Akhwat dan istri dari SPA Ikhwan MKMI di wilayah pusat maupun cabang, untuk berproses menjadi hamba yang Allah mau.

Agenda dibuka dengan lantunan Surah Maryam ayat 26—38 oleh Ustadzah Uzlifatul Jannah, lalu dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua KHAMI, Bunda Suci Purnama. Dalam sambutannya, Bunda Suci menegaskan peran fundamental Muslimah, “Allah menciptakan makhluk dengan berbagai peranan. Muslimah memiliki peranan tersendiri, sebagai calon ibu yang akan menikah dan menjadi ibu, muslimah adalah pilar-pilar yang menegakkan peradaban.”

Keistimewaan Perempuan dan Ancaman Akhir Zaman

Ayahman menguraikan bahwa perempuan memiliki keistimewaan (privilege) dari Allah yang seringkali tidak disadari, atau bahkan sengaja dibuat sedemikian rupa agar tidak disadari kehadirannya. Dua keistimewaan utama yang disoroti adalah:

  1. Hanya perempuan (sebagai hamba Allah) yang bisa memilih surga (hadits).
  2. Allah menghadirkan satu Nama-Nya (Ar-rahim) pada diri perempuan.

Namun, sebagaimana Allah telah menjelaskan dalam Qs. Al-An’am (6), ayat 116:

وَاِنْ تُطِعْ اَكْثَرَ مَنْ فِى الْاَرْضِ يُضِلُّوْكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِۗ اِنْ يَّتَّبِعُوْنَ اِلَّا الظَّنَّ وَاِنْ هُمْ اِلَّا يَخْرُصُوْنَ ۝١١٦

 Jika engkau mengikuti (kemauan) kebanyakan orang (kafir) di bumi ini (dalam urusan agama), niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka hanya mengikuti persangkaan belaka dan mereka hanyalah membuat kebohongan.

Misi besar syaitan dan koloninya adalah menyesatkan manusia. Mereka tidak akan membiarkan dua keistimewaan tadi didapatkan sebagaimana mestinya. Saking jauhnya syariat dengan umat, hal-hal prinsip dilanggar dan dinormalisasikan. Melalui normalisasi (mengikuti kemauan kebanyakan orang) yang ada saat ini, perempuan dijauhkan dari hakikat diri mereka dengan dua cara utama:

  1. Menjauhkan perempuan dari ketaatan: Perempuan dijauhkan dari kesadaran untuk taat melalui dominasi perasaan dan prasangka yang dikendalikan tanpa ilmu. Hal ini berdalih pada kebebasan individu, namun pada akhirnya perempuan dikuasai ego dan prasangka yang menjauhkannya dari ketaatan (kepada Allah, kepada Rasul-Nya, kepada orang tua, kepada Suami-nya).
  2. Menjauhkan perempuan dari rasa malu: Rasa malu, yang merupakan gerbang dari kerusakan rahim dan peradaban, dikikis. Mayoritas masyarakat seolah menormalisasi hal-hal yang jauh dari menjaga kehormatan (rasa malu) dengan dalih kebebasan dan kesetaraan. Perempuan tidak lagi terjaga dalam rasa malu, bahkan berbangga dengan perbuatan yang melukai kehormatan dirinya sebagai manusia.

Solusi agar perempuan tetap terjaga dalam ketaatan dan rasa malu adalah ilmu. Belajar dan cari tahu agar mampu berperan sebagai perempuan sesungguhnya, sesuai yang Allah mau.

Ayahman juga menekankan bahwa segala sesuatu memiliki Prinsip, Strategi, dan Teknis yang berbeda-beda. Setiap manusia punya hak untuk berbahagia, tapi kebahagiaan perempuan tidak boleh melanggar prinsip (syariat) yang Allah berikan kepada-nya. Taat dan menjaga rasa malu adalah hal prinsip bagi perempuan. Prinsip bukanlah hal yang bisa dinegosiasi. namun strategi dan teknis untuk mencapai kebahagiaan adalah hal lain, yang dapat dinegosiasi tergantung skala prioritas seseorang. Tanpa ilmu, perempuan akan dikuasai perasaan dan prasangka. Dengan ilmu, perempuan akan mendapatkan informasi berupa data dan fakta, sehingga tidak terperangkap oleh “katanya” dan “kayaknya.”

Sholat tepat waktu jadi aneh, tidak mau riba jadi aneh, menutup aurat jadi aneh. Memang seperti itu. Kebenaran itu amat sangat minoritas sekali

Flyer Kajian Khadijah Munzalan Indonesia

Peran Perempuan yang Sesungguhnya

Ayahman berpesan bahwa setiap perempuan harus menjaga rasa malu dan meningkatkan keterampilan. Dengan demikian, ketika peranan (amanah) seorang perempuan bertambah di dunia–menjadi anak, menjadi istri, dan menjadi ibu di satu waktu–perempuan mampu memberikan peranan sebagai makmum yang berani (mengatakan tidak pada hal-hal prinsip/syariat), teliti (terhadap banyak hal, termasuk memastikan rezeki yang masuk ke dalam rumah adalah rezeki yang halal saja), dan detail terhadap multiperanan yang dijalankan.

Kajian KHAMI juga menjadi wasilah komunikasi dua arah antara Ayahman dan audiens dalam bentuk impresi maupun pertanyan. Audiens aktif bertanya dan memberikan tanggapan hingga sesi kajian berakhir sebelum adzan dzuhur berkumandang. Bunda Diah Sri Wahyuni selaku pembawa acara memberikan beberapa kata kunci sebagai penutup agenda, yaitu ilmu, fakta, perasaan, dan prasangka. Ilmu akan menjadi wasilah bagi perempuan untuk meregulasi perasaan, mengandalkan fakta daripada prasangka, dan melindungi diri untuk terus menjaga ketaatan dan rasa malu di dalam dirinya. Kajian ini menjadi pengingat penting akan kemuliaan peran perempuan dalam peradaban, serta urgensi ilmu sebagai benteng pertahanan perempuan di tengah arus perubahan zaman. (*)

Berita Populer