
masjidkapalmunzalan.id – Pada Jumat yang penuh berkah, bertepatan dengan 1 Muharram 1447 Hijriyah, awal tahun baru Islam, Masjid Kapal Munzalan Indonesia kembali menjadi saksi lantunan nasihat yang menggugah hati. Dalam khutbah Jumat kali ini, Ustaz Muhajirin mengingatkan umat tentang dua penyakit besar yang kian marak menggerogoti masyarakat, yakni riba dan zina—dosa yang bukan hanya menghancurkan individu, tapi juga meruntuhkan kehormatan keluarga, tatanan sosial, bahkan peradaban umat Islam.
Di tengah derasnya arus modernisasi, dua penyakit sosial besar semakin merebak tanpa disadari: Zina dan Riba. Keduanya bukan sekadar dosa personal, melainkan ancaman nyata terhadap kehormatan keluarga dan kestabilan masyarakat.
Zina: Dosa yang Dilembutkan dengan Istilah Manis
Dahulu, orang malu bahkan sekadar menyebut kata zina. Hari ini, ia dibungkus rapi dengan istilah yang terdengar indah: “Pacaran sehat”, “Eksplorasi cinta”, “Uji kecocokan sebelum menikah.”
Namun hakikatnya tetap sama. Zina adalah jalan sunyi menuju kehinaan. Ia adalah perampokan kehormatan, merusak harga diri perempuan dan menghilangkan tanggung jawab laki-laki. Zina merusak garis keturunan, menciptakan generasi yang bingung arah hidupnya.
Ironisnya, zina hari ini hadir terang-terangan di rumah kita: Lewat layar ponsel, Serial drama, Media sosial, Konten-konten yang menormalisasi pacaran dan pergaulan bebas.
Orang tua sering terlena, merasa aman karena anak di rumah, padahal bahaya zina masuk lewat notifikasi yang mereka genggam setiap hari.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Zina mata adalah memandang, zina lisan adalah berbicara, zina hati adalah berangan-angan, dan kemaluan membenarkan atau mendustakan semuanya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Artinya, bahkan sebelum terjerumus ke zina fisik, anak-anak kita bisa terperangkap zina hati, pandangan, dan pikiran—tanpa disadari.
Wahai para ayah, Zaman dulu, menjaga anak cukup dengan membatasi pergaulan di luar rumah. Hari ini, kita harus menjadi benteng pertama dan terakhir, menjaga hati mereka dari notifikasi cinta yang tak bertanggung jawab.
Ajarkan anak tentang kehormatan, harga diri, dan keindahan cinta yang halal. Jangan hanya sibuk mencari nafkah, tapi hadirkan diri menjadi pelindung, sahabat, dan pendengar mereka.
Riba: Dosa Tersembunyi yang Menghancurkan Peradaban
Jika zina merusak akhlak dan keluarga, riba menghancurkan bangsa—perlahan namun pasti. Riba tak lagi hadir dengan wajah buruk. Ia masuk lewat istilah manis: “Bunga ringan”, “Cicilan santai”, “Bayar nanti, nikmati sekarang.”
Namun semua itu adalah jebakan yang menyeret manusia ke jurang kemiskinan, kegelisahan, dan murka Allah. Riba bukan sekadar dosa finansial, melainkan kezaliman terstruktur yang memperkaya segelintir orang, dan membuat jutaan lainnya semakin miskin.
Allah memperingatkan keras dalam Al-Qur’an:
“Orang-orang yang makan riba tidak bisa berdiri kecuali seperti orang yang kerasukan setan karena gila.”
(QS. Al-Baqarah: 275)
Bahkan lebih dahsyat lagi, Allah berfirman:
“Jika kalian tidak berhenti dari riba, maka umumkanlah perang dari Allah dan Rasul-Nya.”
(QS. Al-Baqarah: 279)
Bayangkan, Allah tidak menyatakan perang kepada pezina atau pembunuh, tapi kepada pelaku riba. Begitu besar ancamannya.
Jangan Wariskan Zina dan Riba pada Generasi Kita
Wahai para ayah, kalau tidak mampu mewariskan rumah mewah, tak apa. Tapi jangan wariskan cicilan riba. Lebih baik hidup sederhana penuh berkah, daripada mewah tapi penuh murka Allah.
Jadilah kepala keluarga yang tegas menjaga harta dari najis riba, dan ajarkan anak-anak:
“Kita tidak membeli kalau belum mampu. Kita tidak berutang demi gengsi. Hidup kita cukup dengan yang halal, sebab hidup bukan soal pamer, tapi soal ridha Allah.”
Akar Krisis Ada di Tangan Kita
Jika hari ini kita melihat: Bencana silih berganti, Remaja kehilangan arah, Ekonomi kacau meski teknologi maju, Keluarga goyah meski rumah megah, jangan buru-buru menyalahkan cuaca, sistem, atau pemerintah. Bisa jadi, kita sedang menuai apa yang kita tanam: zina dan riba yang merajalela.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Jika zina dan riba sudah tersebar di suatu kampung, maka sesungguhnya mereka telah menghalalkan azab Allah atas diri mereka.”
(HR. Al-Hakim, Al-Baihaqi, Ath-Thabrani)
Saatnya Kembali ke Jalan Allah
Sebelum azab Allah turun lebih dahsyat, Sebelum anak-anak tumbuh tanpa penjagaan, Sebelum rumah menjadi megah tapi tak berkah. Mari Jauhi zina, Tinggalkan riba, Perbaiki keluarga, mulai dari diri sendiri, Mohon kepada Allah agar ditetapkan di atas jalan yang lurus. Semoga Allah menjaga kita, keluarga kita, dan generasi kita dari kehancuran akibat zina dan riba. Aamiin. (*)
Penulis Khutbah Jumat : Ustaz Muhammad Adia Nugraha | Editor: Chairul Rijal F