“Kembali ke hati, positive feeling, positive thinking. Kalau tidak ada rasa percaya maka tidak ada rasa iman. Tidak akan bertumbuh seperti ini. Merajut antara masjid satu ke masjid yang lain. SSK (Silaturrahim, Syiar, Kolaborasi). Kenapa tidak bisa terjalin SSK? Karena tidak ada yang percaya. Hanya dirinya saja yang mau maju,” tutur K.H. Muhammad Nur Hasan atau yang akrab disapa “Tok Ya” ini.
Kubu Raya, Kamis (12/12/2024) — Agenda Konsolihati Pengurus Pusat dan Wilayah yang diselenggarakan oleh Munzalan merupakan upgrading tahunan yang menjadi kegiatan wajib. Agenda serupa pernah diadakan beberapa tahun lalu (2021-2023) dengan nama yang berbeda yakni “Hijrah Camp” dan “Munzalan Camp”. Kini dengan istilah baru, agenda ini dimulai dari Kamis hingga Sabtu, 12-14 Desember 2024.
Adapun agenda ini berfokus pada penyamaan ta’lif (satu hati), ta’rif (satu definisi), dan taklif (satu komando) antara Pengurus Pusat dan Pengurus Wilayah di seluruh Indonesia. Agenda ini memiliki daftar jadwal yang berisi rencana komprehensif yang menguraikan alur kegiatan, presentasi, dan diskusi.
Ditinjau dari namanya, Konsolihati berasal dari dua gabungan kata yakni konsolidasi dan hati. Menurut KBBI, konsolidasi berarti perbuatan untuk memperkuat atau memperteguh hubungan atau persatuan. Sedangkan hati bersifat senantiasa dapat berubah-ubah (yataqallab) karena paling liar di antara badan dan harta. Oleh karena itu, bermaksud untuk saling menautkan dan menyatukan hati dengan penyamaan definisi yang seragam.
Tujuannya ialah:
- Mempererat tali silaturrahim dan kekeluargaan antar Pengurus Pusat dan Wilayah Masjid Kapal Munzalan;
- Memperkuat komunikasi, kolaborasi, dan koordinasi antar Pengurus Pusat dan Wilayah Masjid Kapal Munzalan;
- Penyamaan persepsi, membangun pemahaman yang seragam mengenai visi dan misi, serta kebijakan yang diterapkan oleh Masjid Kapal Munzalan.
Konsolihati: Saling Percaya Karena Iman di Hati
Dalam sambutan pembukaannya, Kamis (12/12/2024), K.H. Muhammad Nur Hasan selaku Pimpinan Masjid Kapal Munzalan Indonesia menyatakan, bahwa dasar percaya yang terletak di hati itulah yang menjadi penguat dan landasan Konsolihati ini.
Kata “DASI” dalam konsolidasi menurutnya diartikan sebagai “Dakwah, Al-Qur’an, Sholat, dan Infaq”. Dakwah untuk mengembalikan orang kepada Al-Qur’an. Ia menyebutkan kajian Subuh Menggapai Keberkahan (SMK) yang biasa Ayahman lakukan merupakan ilmu mahal. Subuh waktunya, masjid tempatnya, Al-Qur’an kontennya. Sehingga amal yang paling panjang itu ialah belajar. Belajar terus tanpa henti, istiqomah sampai mati.
Ia juga menuturkan bahwa dakwah (Masjid Kapal Munzalan) sudah menyebar ke seluruh Indonesia. Untuk itu, pergerakan dakwah ialah membumikan Al-Qur’an, melakukan pemantapan, dan pemantasan diri. Kalau mau dipantaskan Allah, maka harus saling percaya.
Tidak Sekadar Bangunan, Melainkan Fungsi dan Kontribusi
Dalam kesempatan yang sama, Ayahman mengawali sambutannya dengan memaparkan kriteria pengurus masjid yang tertuang dalam QS. At-Taubah ayat 17-18. Terdapat dua golongan yakni orang-orang musyrik dan orang beriman kepada Allah dan hari akhir. Di surah yang sama di ayat 107-108, terbagi menjadi dua jenis masjid yakni masjid dhirar dan masjid ussisa ‘ala at-taqwa.
Dalam beberapa ayat ini, betapa jelasnya Allah menegaskan siapa yang diperbolehkan dan yang dilarang untuk memakmurkan masjid.
Dengan pengungkapan bahwa bumi Allah akan diwarisi oleh orang-orang yang soleh (Al-Anbiya’: 105), menjadi sumber energi untuk saling bersinergi. Kalimat ash-shalihun yang merupakan jamak menjadi landasan untuk berjamaah. Jika soleh sendiri saja sudah berpredikat baik, apatah lagi berjamaah. Akibatnya, dunia datang dalam keadaan hina. Tidak hanya satu masjid saja yang merasakan, tetapi seluruhnya. Apa yang perlu dipertahankan dan bisa diduplikasi se-Indonesia, maka lakukanlah dengan orang soleh yang menjadi jembatannya.
Sehingga pengertian masjid tidak hanya berfokus tentang beton dan besi saja, tetapi fungsi dan kontribusi yang dilakukan oleh pengurus di dalamnya. Memakmurkan masjid dengan pribadi yang terdidik dan terpimpin. Maka dari itu, Konsolihati hadir menjadi wadah penyatuan persepsi dan saling tertautnya hati. Tidak hanya bicara tentang teknis, tapi pembenahan dari segi manusianya agar satu hati, satu tujuan, satu komando, dan satu pengertian.
Persepsi Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits Nabi
Penyamaan persepsi ini tentunya berdasarkan Al-Qur’an dan hadits. Mengingatkan kembali kepada diri, apakah sudah termasuk kategori yang Allah maksudkan. Sudahkah beriman, beramal soleh, berzakat, dan takut kepada Allah? Maka hal ini mesti menjadi pertanyaan berulang dan menjadi alasan untuk selalu muhasabah.
Menjauhi peradaban riba’ yang sudah pasti dimusnahkan Allah. Selain itu, mengganti pengertian wakaf yang tidak hanya berorientasi pada 3 M (Masjid, Makam, dan Madrasah). Karena wakaf memiliki pengertian yang luas cakupannya.
Bagaimanakah kategori beriman itu? Tentu sangat banyak jika merujuk pada Qur’an dan hadits, di antaranya berkata yang baik atau diam, memuliakan tamu, tidak menyakiti tetangga, dan pemahaman lain yang mesti diseragamkan.
Analogi Kapal Berlayar di Samudera Luas
Konsolihati hadir sebagai simbol bahwa pergerakan dakwah bukanlah berjalan sendiri-sendiri, namun berjamaah dalam arti mau berkonsultasi, berkoordinasi, dan berkolaborasi. Manusianya terdidik dan terpimpin. Ibaratnya dakwah ini seperti kita sedang berada di kapal yang berlayar di samudera luas tak bertepi.
Tidak ada tempat yang bisa untuk disinggahi. Ombak bergulung yang datang silih berganti. Dan kabar buruknya, kita harus selalu siap siaga dengan badai yang kapan pun bisa saja datang menerjang. Sehingga kita perlu meminta petunjuk dari Allah untuk mengendalikan kapal sebesar ini. Kalau tidak kumpul, khawatir akan tenggelam. Hal yang tidak pernah diharapkan, belum diwariskan malah sudah karam.
Masif Income
Harapannya dengan Konsolihati ini dapat mewariskan pergerakan dakwah yang akan jadi amal jariah yang terus-menerus mengalir pahalanya. Ayahman memberi istilah “masif income”. Jika kita terbiasa mengetahui passive income, maka masif income lebih luas maknanya.
Dakwah ini akan semakin kuat, menjadi sesuatu yang diwariskan secara massal. Di mana saat jasad yang sudah terkandung tanah ini akan mendapat kucuran pahala jariah di alam barzakhnya sebagai tempat istirahat setelah hidup di dunia.
Sebagaimana lima tujuan hidup yang ia sampaikan:
- Hidupnya istiqomah.
- Wafatnya husnul khotimah. Hal ini masih rahasia, harus diusahakan dengan sungguh-sungguh beramal soleh.
- Alam barzakhnya indah (reward).
- Satu surga bersama Rasulullah.
- Bisa bertemu dengan Allah.
Cita-cita Besar: Warisan Untuk Generasi
Munzalan dulu tidak sama dengan Munzalan sekarang. Dulu berlayar sebagai kapal barang, mengangkut semuanya tanpa terkecuali, sekarang Munzalan bertransformasi menjadi kapal terbang. Banyak aturan yang mengikat, harus lebih disiplin, yang tak lain tak bukan harapannya bermuara di surga-Nya Allah. Penyatuan aturan dan belajar merobohkan ego.
Mewariskan untuk berlayar lebih jauh, untuk menyelamatkan anak cucu keturunan generasi kita. Tentu dengan penyampaian yang benar; Benar niatnya, benar caranya, dan benar tujuannya. Karena cita-cita terbesar ialah mewariskan peradaban yang akan menjadi amal jariah untuk bisa dinikmati setelah wafat nanti.
Berita terkait: