Kubu Raya – Pengurus Yayasan Kepimpinan Al Bait (YKAB) dan Koperasi Al Bait Sarawak Berhad (KoopBait) mengunjungi Masjid Kapal Munzalan Indonesia (MKMI), Sabtu (7/9/2024). Kedatangan rombongan ini dalam rangka kolaborasi, membersamai dan menindaklanjuti beberapa program kebaikan yang ada di lingkungan MKMI.
Kedatangan sejumlah 11 orang dalam rombongan ini dipimpin oleh Pengarah Yayasan Kepimpinan Al Bait (YKAB), yaitu Yang Berbahagia (YBhg) Datu’ Hj. Abang Mohd. Shibli Bin Hj. Abang Mohd. Nailie yang diterima dengan penuh kekeluargaan oleh KH. Luqmanulhakim (Ayahman) beserta istri dan jajaran pengurus MKMI.
Dalam sambutannya di acara penerimaan rombongan, Ayahman menyampaikan tentang perkenalannya dengan YBhg. Datu’ Hj. Abang Mohd. Shibli Bin Hj. Abang Mohd. Nailie yang sudah berlangsung dari tahun 2018. Meskipun dipisahkan oleh batas negara dan bahkan oleh wabah covid yang merebak di tahun 2020, Ayahman menegaskan bahwa hubungan persaudaraannya dangan Datu’ Hj. Abang Mohd. Shibli Bin Hj. Abang Mohd. Nailie tetap terjalin baik.
“Datu’, kita tidak pernah berpisah. Malaysia-Indonesia tetap saudara, tetap ukhuwah. Yang membedakan kita hanya paspornya saja. Tuhan kita sama, Nabi kita sama, kitab suci kita sama”, ujar Ayahman.
Ayahman kemudian menceritakan tentang sebuah program yaitu Indonesia Mustahil Lapar yang terinspirasi dari keadaan kehidupan warga yang sulit akibat wabah covid di tahun 2020. Saat itu Ayahman mendapatkan informasi dan bertemu dengan satu keluarga yang terpaksa hanya makan daun selama tiga hari karena tidak mampu untuk membeli makanan yang layak untuk dikonsumsi.
Kepala keluarga tersebut ternyata seorang marbot yang kehilangan penghasilan karena masjid tempatnya bekerja ditutup sementara waktu untuk aktifitas ibadah disebabkan adanya pembatasan kegiatan atau dalam istilah saat itu terkena lockdown. Kejadian inilah salah satunya yang mengetuk hati Ayahman sehingga tergerak untuk membuat program yang terus berjalan hingga saat ini.
Program ini bertujuan memuliakan, melayani dan membahagiakan para Hamba Allah Istimewa (HAI). Para Hamba Allah Istimewa (HAI) ini adalah mitra dakwah Masjid Kapal Munzalan Indonesia yang terdiri dari para guru mengaji, pemandi jenazah, penggali kuburan, penjaga kuburan dan marbot masjid.
Berjalannya program ini bukannya tanpa hambatan, bahkan pada awalnya penamaan Hamba Allah Istimewa (HAI) ini diprotes orang karena dianggap berlebihan.
“Saya bikin nama HAI ini tidak berlebihan, (karena saya) istikharah. Kenapa? (karena) orang-orang ini saya bilang tidak terkenal di dunia, tapi insya Allah terkenal di langitnya Allah SWT”, lanjut Ayahman.
Hal ini disampaikan oleh Ayahman karena Hamba Allah Istimewa ini bukan dipilih secara sembarangan. Mereka ditentukan melalui proses survey dan seleksi, yang mana sebagian besar HAI ini sudah menggeluti bidangnya selama puluhan tahun.
Setelah selesai sambutan dari Ayahman, YBhg. Datu Hj. Abang Mohd. Shibli Bin Hj. Abang Mohd. Nailie sebagai Pengarah YBAK dipersilahkan untuk memberikan sepatah dua patah kata.
Datu’ Haji Shibli mengungkapkan bahwa Ayahman sudah empat kali berkunjung ke kantornya di Sarawak, namun selama ini ia belum berkesempatan membalas kunjungan tersebut ke Pontianak.
“Kapal Munzalan ini senantiasa mengiang-ngiang di kepala”, kata Datu’ Haji Shibli mengungkapkan perasaannya. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa apa yang telah dilakukan Ayahman adalah suatu perkara yang baik.
“Dimana tidak ada orang yang benar-benar mau melihat hamba Allah istimewa seperti ini”, ungkapnya. Selama sekitar 25 tahun ia sudah berkecimpung di baitulmaal, namun ia memperhatikan bahwa banyak orang yang mampu akan tetapi hanya memikirkan diri sendiri saja, jarang mau memikirkan umat manusia atau umat Islam. Oleh karena itulah ia dan rekan-rekannya tergerak untuk berkolaborasi dalam kebaikan bersama MKMI.
“Kita sama-sama berdoa, semoga ikatan ini kekal dan mampu kita saling tolong-menolong, bantu-membantu” ucapnya.
“Sama-sama kita berdoa supaya hidup kita semua senantiasa mendapat rahmat dan hidayah Allah”, tutupnya mengakhiri sambutan.
Datu’ Haji Shibli kemudian secara simbolis menyerahkan dana yang berhasil dihimpunnya bersama rekan-rekan kepada Ayahman untuk disalurkan kembali. Dana ini nantinya akan dikelola dalam program Indonesia Mustahil Lapar dengan konsep “terima kasih”. Maksudnya adalah bahwa dana yang diserahkan akan diterima dan kemudian dikasih atau disalurkan kepada orang-orang yang berhak.
Dalam acara ini juga diundang para Hamba Allah Istimewa (HAI) dari dua zona, yaitu zona Komyos Sudarso dan Ambawang, dengan jumlah sebanyak 101 orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Istilah zona ini digunakan untuk mengelompokkan HAI berdasarkan lokasi tempat tinggalnya yang tersebar di sekitar wilayah Pontianak dan Kubu Raya. Secara keseluruhan ada 11 zona HAI dengan jumlah total sebanyak 768 orang.
Pada kesempatan ini semua HAI dalam dua zona yang hadir tersebut menerima hadiah yang secara simbolis diserahkan oleh Datu’ Haji Shibli. Hadiah berupa paket sembako yang terdiri dari beras, tepung, kacang hijau, dsb.
Sebelum penyerahan hadiah itu, seorang Hamba Allah Istimewa (HAI), yaitu Ust. Ridwan berbagi pengalamannya selama menjadi guru mengaji. Ia menyampaikan suka dukanya selama manjalani aktifitasnya dalam mengajar.
“Pertama saya ucapkan terima kasih kepada Masjid Kapal Munzalan, sebab dulu kita sedikit sekali yang mau memperhatikan”, ungkapnya dengan rasa terharu. Ustadz Ridwan sangat bersyukur atas apresiasi yang diberikan kepadanya dan rekan-rekan selama ini yang berasal dari program Indonesia Mustahil Miskin.
Dalam dimensi dakwah Masjid Kapal Munzalan Indonesia, para Hamba Allah Istimewa (HAI) ini juga adalah mitra dakwah yang penting dan strategis. Jarang sekali profesi ini mendapatkan perhatian dari program-program kebaikan, padahal tugas mereka sangat penting dalam masyarakat kita.
Keberadaan mereka baru terasa benar-benar dibutuhkan dalam kondisi tertentu, dan kondisi ini sebenarnya sangat sering terjadi. Misalnya saja guru mengaji. Banyak kita jumpai suatu daerah atau kampung yang fasilitas pendidikannya tidak ada atau terbatas. Kalaupun ada hanya pendidikan umum saja. Pendidikan agama biasanya hanya mendapatkan porsi yang sedikit dan dirasakan sangat kurang memadai.
Peran guru mengaji inilah yang berfungsi untuk melengkapinya. Mereka biasanya tidak hanya mengajarkan muridnya membaca Al-Qur’an saja, akan tetapi tidak jarang pula diselingi dengan mengajari aqidah, fiqih dan akhlak, yang dapat membentuk karakter para generasi penerus syariat Islam ini kelak. Tugas mulia inilah yang belum dapat tergantikan oleh profesi yang lain.
Demikian juga halnya dengan pemandi jenazah, penggali kuburan, penjaga kuburan dan marbot masjid. Keberadaan mereka sangat dibutuhkan, sementara itu jarang orang yang memperhatikan dan mempedulikannya, apa lagi mau menjalani profesi seperti itu.
Kunjungan Yayasan Kepimpinan Al Bait (YKAB) ini berlangsung selama dua hari, hingga Ahad (8/9/2024). Dengan kunjungan ini kita semua berharap dan berdoa, semoga semakin memperkuat kolaborasi kebaikan yang sudah berjalan dan dapat berlanjut seterusnya, hingga semakin banyak kemanfaatan yang akan dirasakan oleh umat dengan program-program kebaikan yang dihadirkan.