masjidkapalmunzalan.id– Suasana pagi di Surau Duta Munzalan Jakarta Selatan, Kamis (9/5), dipenuhi keberkahan. Pasalnya, usai mengikuti Kajian Subuh Menggapai Keberkahan bersama Ayahman, rombongan Masjid Kapal Munzalan Indonesia melanjutkan perjalanan dakwah menuju Sawangan, Depok, Jawa Barat. Perjalanan ini bukan sekadar safar fisik, tetapi juga bagian dari perluasan amanah wakaf untuk kemaslahatan umat.
Dalam rombongan tersebut turut serta, Tok Ya (KH. Muhammad Nur Hasan), Ayahman, bersama Ayah Jhon Helmy (Owner Group Duta Mode) yang juga Muwakkif Surau Duta Munzalan Jakarta Selatan.
Pada momen itu, Ayah Jhon kembali menunjukkan komitmen spiritualnya dengan menambah satu titik wakaf baru, pendirian Rumah Qur’an Munzalan (RQM) di kawasan Sawangan, sekitar satu jam dari Surau Duta Munzalan.
Peletakan Batu Pertama: Menghidupkan Amanah dalam Bentuk Wakaf
Acara peletakan batu pertama RQM berlangsung khidmat. Dalam sambutannya, Ayah Jhon menyampaikan pesan mendalam yang menyentuh relung spiritual para hadirin:
“Semua ini adalah milik Allah. Tidak ada yang benar-benar milik kita. Semuanya akan kembali kepada Allah.”
Pernyataan tersebut tidak hanya menjadi pengingat, melainkan juga merupakan wujud kesadaran bahwa segala yang kita miliki sejatinya hanyalah titipan dari Allah yang menjadi napas utama dalam semangat wakaf.
Ungkapan “Semua Milik Allah” bukan sekadar kalimat, namun juga mencerminkan inti dari Tauhid Rububiyah, bahwa Allah-lah satu-satunya Pemilik, Pencipta, dan Pengatur seluruh alam semesta.
Apa pun yang ada di genggaman kita hari ini, baik harta, waktu, jabatan, bahkan diri kita sendiri, sejatinya hanyalah titipan yang akan dipertanggungjawabkan.
Wakaf: Mengembalikan Titipan kepada Sang Pemilik
Semangat wakaf yang selama ini digaungkan oleh Tok Ya melalui slogan “Jangan Dulu Wafat Sebelum Berwakaf” menemukan relevansinya dalam peristiwa ini.
Wakaf bukan tentang kehilangan, tapi tentang mengembalikan amanah kepada Allah melalui jalan yang bermanfaat dan berkelanjutan.
Firman Allah menegaskan hal ini:
“Dan berikanlah kepada mereka dari harta Allah yang telah Dia berikan kepadamu.”
(QS. An-Nur: 33)
Lebih dari itu, kebaikan hakiki belum tercapai jika kita belum mampu memberi dari apa yang paling kita cintai:
“Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.”
(QS. Ali Imran: 92)
Wakaf menjadi bukti nyata dari keimanan dan kesadaran akan amanah. Ini bukan sekadar donasi, tetapi investasi abadi. Sebab ketika seseorang wafat, seluruh amal terputus kecuali tiga perkara: salah satunya adalah shadaqah jariyah, dan wakaf berada di dalamnya.
Wakaf Sebagai Warisan Spiritual Menuju Akhirat
“Jangan Dulu Wafat Sebelum Berwakaf” bukan sekadar ajakan, tapi panggilan untuk bertindak. Sebuah peringatan lembut bahwa hidup ini singkat, dan setiap detik adalah kesempatan untuk kembali mendekat kepada Allah dengan menyerahkan kembali sebagian titipan-Nya kepada kemaslahatan umat.
Pahala dari harta yang diwakafkan akan terus mengalir, bahkan saat usia telah terputus. Usia boleh berhenti, namun amal wakaf tak mengenal batas waktu. Ia terus mengalir hingga Hari Pembalasan.
Doa
Yaa Ghony, Yaa Mughni, Dzat Yang Maha Kaya lagi Maha Memberi Kekayaan. Limpahkanlah kepada kami rezeki yang halal, luas, dan penuh keberkahan. Jadikan hati kami lapang untuk berwakaf di jalan-Mu, dan hidup kami penuh makna dalam menunaikan amanah sebagai pemegang titipan-Mu. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin.
Sumber:
Tulisan ini merujuk pada unggahan Facebook pribadi KH. Muhammad Nur Hasan (Tok Ya), Pimpinan Masjid Kapal Munzalan Indonesia.
link unggahan yang dimaksud: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=2834832553386805&id=100005802632271&rdid=imcfrjDSZGBm1Mo6#