Kubu Raya, Rabu (4/12/2024) — Indonesia Mustahil Miskin (IMM) mengadakan agenda Private Course bertajuk “Mustahil Miskin” bersama Ustadz Luqmanulhakim (Ayahman). Acara ini dimulai sekitar pukul 19.30 WIB, usai salat Isya berjamaah di Masjid Kapal Munzalan Indonesia.
Kegiatan ini digelar menyusul permintaan dari jamaah yang merindukan suasana Private Course, mengingat kegiatan serupa sudah cukup lama vakum. Menjawab antusiasme jamaah, Ayahman pun kembali menjadi pemateri dalam agenda yang kali ini diselenggarakan oleh IMM.
Jalannya Acara
Dipandu oleh Ustadz Awal sebagai MC, acara dimulai dengan pembacaan Al-Qur’an bersama, dilanjutkan oleh Ust. Awal yang menyapa para hadirin diselingi dengan beberapa Kuis berhadiah. Selanjutnya, Ayahman membuka sesi dengan mengenalkan diri kepada peserta, khususnya yang baru pertama kali bertemu dengannya. Ia menceritakan kisah perjalanan hidupnya, mulai dari masa sekolah hingga saat ini.
Kajian “Mustahil Miskin”
Ayahman mengawali materi dengan membahas pemahaman dasar tentang kemiskinan. Menurutnya, banyak orang merasa miskin bukan karena kekurangan materi, melainkan karena kurangnya rasa syukur.
“Orang miskin adalah mereka yang tak pernah merasa cukup. Selama engkau tidak pernah merasa cukup, sampai kapan pun kau pasti miskin,” tegas Ayahman.
Ia juga mengingatkan bahwa kekayaan sejati adalah kecukupan, sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Najm (53:48): “Dan sesungguhnya Dialah yang menganugerahkan kekayaan dan kecukupan.”
Beliau menjelaskan, sebagai hamba Allah yang Maha Kaya, tidak seharusnya kita merasa miskin. Namun, untuk lepas dari kemiskinan, seseorang perlu memahami definisi miskin itu sendiri, yaitu perasaan tidak pernah cukup.
Langkah Menolong Agama Allah
Salah satu upaya gar hidup semakin berkah dan terhindar dari kemiskinan serta mendapat pertolongan dari Allah, adalah sengan menolong orang lain.
Dalam sesi ini, Ayahman juga mengajak peserta untuk menolong agama Allah dengan lima cara:
- Harta
- Tenaga
- Doa
- Menjadi mitra (terlibat dalam kegiatan sosial, dll.)
- Wibawa (menggunakan pengaruh atau jabatan untuk membantu orang lain)
Ia juga menyoroti peran Hamba Allah Istimewa (HAI), seperti guru ngaji kampung, pemandi jenazah, tukang gali kubur, penjaga kuburan, marbot masjid, dll. Menurutnya, mereka adalah sosok yang telah mengabdikan belasan bahkan puluhan tahun untuk pekerjaan mulia tanpa pamrih.
“Allah tidak membutuhkan kita. Justru kita yang membutuhkan Allah. Maka, bantu semampu kita, niatkan untuk menolong orang lain. Insya Allah, Allah akan menolong kita,” ujar Ayahman.
Agenda ini menjadi momen berharga bagi jamaah untuk belajar lebih dalam tentang makna kekayaan dan kecukupan dari perspektif Islam. Dengan suasana hangat di Masjid Kapal Munzalan, peserta tak hanya memperoleh ilmu, tetapi juga motivasi untuk terus bersyukur dan berbagi kepada sesama.