Teks Khutbah Jumat tentang Menjadi Hamba Allah yang Prioritas

Bagikan :
Ilustrasi. (Foto.Net)

masjidkapalmunzalan.id – Khutbah Jumat memiliki peran penting dalam menyampaikan ajaran Islam kepada umat. Melalui mimbar khutbah, nilai-nilai keimanan, akhlak, dan kepedulian sosial disampaikan secara langsung, menyentuh persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Allah SWT berfirman dalam surah An-Nahl ayat 125,

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ

Artinya: Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik.

Teks Khutbah Jumat

KHUTBAH PERTAMA

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا أَمَّا بَعْدُ

قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا ۗ وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا ۚ فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَىٰ فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَمَنْ عَادَ فَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Mari kita mulai khutbah ini dengan wasiat terbaik dari Allah, yaitu taqwa. Takutlah kepada Allah di mana pun kita berada. Bukan takut karena Allah kejam, Tapi karena kita tahu… kita hanyalah hamba, yang setiap detik hidup dari kemurahan-Nya.

Jadilah hamba yang menempatkan Allah di posisi tertinggi dalam hidup kita. Bukan hanya di lisan, Tapi juga dalam jadwal harian kita. Kalau benar kita mencintai Allah, maka sholatlah bukti nyatanya.

Dan mari kita perkuat cinta itu, dengan memperbanyak sholawat kepada Nabi Muhammad ﷺ,
manusia terbaik yang sepanjang hidupnya tidak pernah telat sholat. Beliau adalah manusia paling sibuk—sebagai pemimpin negara, guru, panglima perang, kepala rumah tangga— tapi tidak sekalipun beliau menjadikan kesibukannya sebagai alasan untuk menunda panggilan Allah.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ

Semoga hati kita lebih mudah tunduk kepada panggilan Allah, dan hidup kita dipenuhi keberkahan.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Pernahkah kita membayangkan…
Seandainya hari ini kita mendapat panggilan mendadak dari seorang menteri. Atau lebih tinggi lagi, dari Presiden Republik ini. Atau bahkan hanya sekedar panggilan dari atasan langsung di tempat kerja.

Apa yang akan kita lakukan?

Apakah kita berani berkata,
“Tunggu sebentar ya Pak, saya sedang sibuk.” Apakah kita punya nyali untuk menolak panggilan itu?

Tidak.

Yang kita lakukan justru sebaliknya: bergegas. Kita tinggalkan segala urusan. Kita siapkan penampilan terbaik. Kita tempuh perjalanan jauh pun tak mengapa— asal bisa hadir tepat waktu. Karena kita tahu, kalau kita tidak datang, kita bisa kehilangan banyak hal: pekerjaan, bonus, kepercayaan, bahkan masa depan.

Namun, Coba kita renungkan bersama:

Bagaimana jika yang memanggil kita bukan menteri?
Bukan presiden. Bukan atasan. Tapi Allah… Rabb kita… Tuhan semesta alam. 

Dia yang menciptakan kita.
Dia yang mempertemukan kita dengan istri.
Dia yang menjaga anak-anak kita.
Dia yang memberi kita rezeki, udara, waktu, dan kesempatan hidup hingga detik ini.
Dia lah Tuhan dari Presiden, Menteri dan atasan yang kita hormati.

Dan Dia memanggil kita… bukan sekali. Tapi lima kali sehari. Melalui suara azan. Bukan untuk bekerja. Tapi untuk bertemu langsung dengan-Nya, berbicara dalam doa, menuangkan segala resah dalam sujud. Tapi berapa kali kita jawab panggilan itu dengan cinta? Berapa kali kita datang tepat waktu, bahkan lebih awal, karena rindu ingin menyapa-Nya?

Atau justru…
Kita yang mengabaikan.
Kita yang menunda.
Kita yang pura-pura tidak dengar.
Kita yang memprioritaskan dunia,
dan menjadikan panggilan Allah hanya sisa waktu.

Na’udzubillah.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Rasulullah ﷺ pernah ditanya oleh Abdullah bin Mas’ud:

أَيُّ الْأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ قَالَ: الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ (رواه البخاري ومسلم)

“Wahai Rasulullah, amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah?”
Beliau menjawab: “Sholat tepat pada waktunya.” Lalu apa lagi? “Berbakti kepada orang tua.” Lalu apa lagi? “Berjihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Mengapa sholat tepat waktu disebut sebagai amalan terbaik dan yang paling dicintai Allah?

Karena sholat adalah pertemuan langsung antara hamba dan Rabb-nya. Sholat bukan sekadar ibadah fisik, tapi momen terdekat kita dengan Allah, di mana kita menundukkan kepala kita, hati kita, dan seluruh ego kita untuk bersujud kepada Dzat yang Maha Agung.

Sholat bukan hanya rutinitas, tapi tanda cinta dan kepatuhan. Sholat juga tolak ukur keimanan. Orang yang benar-benar beriman, akan menjaga waktunya, karena ia tahu: Allah tidak melihat seberapa sibuk kita, tapi seberapa besar kita bersedia berhenti dari kesibukan untuk-Nya.

Dan perhatikan satu hal penting: Ketika Allah mewajibkan puasa, zakat, dan haji, semua itu disampaikan melalui perantara Malaikat Jibril, Tapi saat Allah mewajibkan sholat, Allah langsung memanggil Nabi Muhammad ﷺ naik ke Sidratul Muntaha. Langsung. Tanpa perantara. Karena sholat adalah hadiah istimewa, dan tanda prioritas Allah kepada kita.

Pertanyaannya: Apakah kita juga menjadikan sholat sebagai prioritas dalam hidup kita?

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Pernahkah kita bergegas menuju bandara karena akan naik pesawat?

Kita tahu, kalau kita terlambar 10 menit saja, kita ditinggal. Tidak peduli siapa kita. Mau anak presiden atau pejabat tinggi, kalau datang terlambat ke boarding gate, pintu ditutup, dan pesawat terbang meninggalkan kita. Padahal itu cuma pesawat. Cuma perjalanan dunia. Tiket bisa diganti. Uang bisa dicari lagi. Tapi tetap saja, kita tak mau terlambat.

Kita rela bangun subuh. Kita rela menunggu berjam-jam di bandara. Karena kita tahu: Momentum itu mahal, Tiket itu mahal dan Tujuan itu penting.

Lalu, mengapa ketika panggilan sholat terdengar, kita justru santai?
Kita tunda.Kita bilang “nanti setelah rapat”, “Nanti kalau sudah selesai makan”, “Nanti kalau mood-nya bagus.”

Padahal sholat itu bukan tiket pesawat… Sholat itu tiket pertemuan dengan Allah. Kalau kita datang terlambat, bisa jadi kita kehilangan momen paling mahal dalam hidup kita hari itu. Tapi mungkin karena selama ini, kita secara tidak sadar menganggap bahwa dunia ini mahal, dan Allah itu murah.  Na’udzubillah.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Tidak ada yang lebih mahal dari waktu untuk bertemu Allah. Tidak ada tiket yang lebih berharga dari suatu rakaat yang khusyu. Dan tidak ada boarding pass yang lebih menentukan hidup kita, selain sholat tepat waktu yang Allah catat dalam lembaran amal kita.

Jika untuk dunia kita rela mengejar, maka tidakkah untuk akhirat kita lebih layak bergegas? Jamaah yang dimuliakan Allah…

Kita ini sering berdusta dalam Iman. Lisan kita bilang cinta Allah, tapi hati kita lebih memilih dunia.

Kita bilang,
“Ya Allah, kabulkan doaku.”
“Ya Allah, lancarkan rezekiku.”
“Ya Allah, bahagiakan keluargaku.”

Tapi di saat yang sama, ketika Allah memanggil kita untuk sujud, kita jawab dengan tunda. Kita jawab dengan nanti. Bahkan… kadang kita tidak jawab sama sekali.

Apakah ini pantas disebut cinta? Coba kita renungkan lebih dalam…

Kenapa banyak doa kita belum dijawab?
Kenapa rumah terasa hampa walau penuh perabot?
Kenapa hati terasa kosong meski gaji cukup?
Kenapa hubungan rumah tangga sering retak tanpa sebab yang jelas?

Jangan-jangan…
karena Allah sudah lama memanggil kita, tapi kita tak pernah benar-benar datang.

Setiap hari, lima kali, Allah undang kita ke pertemuan paling agung. Tapi kita abaikan, seakan-akan itu hanya panggilan kecil. Seolah-olah Allah bisa ditunda, sementara urusan kerja dan bisnis tak boleh dilambatkan.

Kita berkata, “Kenapa Allah belum bantu saya?” Tapi mari kita balik pertanyaannya:

Sudah berapa lama kita sendiri tidak hadir saat Allah memanggil?
Sudah berapa kali kita menginginkan pertolongan-Nya,
Tanpa lebih dulu menunjukkan ibadah dan ketaatan kita?

Padahal Allah telah ajarkan rumusnya, dalam setiap sholat yang kita baca:

“إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ”
“Hanya kepada-Mu kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.”

Lihatlah urutannya. Ibadah dulu—baru pertolongan.

Tapi jika ibadah saja kita tinggalkan, jika sujud saja kita tunda, bagaimana mungkin kita berharap Allah mendahulukan urusan kita, sedangkan kita tak pernah mendahulukan urusan-Nya

Jamaah yang dimuliakan Allah…

Allah itu bukan hanya tempat meminta. Dia adalah Tuan yang layak disembah sebelum diminta. Kalau kita ingin menjadi hamba yang diutamakan, maka jadilah hamba yang mengutamakan Allah. Bukan hanya di lisan, tapi dalam waktu, prioritas, dan keputusan harian.

Jika engkau merasa hidup penuh masalah… Jika engkau merasa rumah tangga selalu dilanda pertengkaran… Jika engkau merasa rezeki terasa kering walau kerja keras… Maka jangan langsung salahkan takdir. Coba dulu periksa waktu sholatmu.

Apakah kita datang tepat waktu?
Atau kita baru datang saat urusan dunia kita selesai?

Wahai para suami…
Wahai kepala keluarga…

Peran kita bukan hanya mencari nafkah. Bukan hanya menyediakan makan, rumah, dan pendidikan dunia. Tapi kita adalah Imam, pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas keluarganya di hadapan Allah. Maka perhatikan satu hal yang seringkali kita anggap kecil, padahal itulah pondasi besar sebuah rumah tangga: Sholat.

Wahai para Ayah

Anak-anak tidak hanya belajar dari nasihat, tapi dari kebiasaan yang mereka lihat. Mereka tidak akan menjadi pribadi yang mencintai sholat, jika mereka tumbuh di rumah yang menjadikan sholat sebagai beban. Mereka tidak akan menghormati azan, jika yang mereka lihat adalah Ayahnya tetap di depan layar saat azan berkumandang.

Kalau kita ingin anak kita punya waktu untuk Allah, maka tunjukkan dulu bahwa kita pun punya waktu untuk Allah. Kalau kita ingin anak kita bersegera ke masjid, maka bersegeralah dulu kita ke masjid. Jangan tunggu mereka remaja baru disuruh sholat, sementara sejak kecil mereka tak pernah lihat ayahnya tergesa-gesa ketika mendengar azan.

Maka mulai hari ini…
Jadilah teladan. Jadilah Imam. Datanglah saat Allah memanggil… Bahkan sebelum azan dikumandangkan. Tinggalkan dunia sejenak, karena dunia tidak akan pernah berhenti memanggil— tapi akhirat hanya memberi lima waktu untuk kita datang. Dan yakinlah, siapa yang mendahulukan Allah, maka Allah akan mendahulukannya dalam segala urusan. Allah akan bantu dalam rezeki, Allah akan jaga dalam keluarga, dan Allah akan hadir saat tak ada satu makhluk pun bisa membantu.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah…

Mari kita renungkan, apa lagi yang harus Allah lakukan agar kita mau datang tepat waktu? Dia sudah beri kita udara tanpa tagihan. Dia beri kita waktu tanpa disuruh agunan. Dia beri kita keluarga yang kita cintai. Lalu Dia hanya minta satu hal: datang saat dipanggil. Kalau kita masih menunda, masih sibuk dengan dunia, masih menganggap panggilan Allah itu bisa ditunda di belakang, maka jangan heran jika Allah pun menunda  jawaban atas doa-doa yang kita panjatkan. Mari kita perbaiki prioritas kita, sebelum Allah mengambil satu persatu nikmat yang dulu kita remehkan.

Sebagai penutup khutbah pertama ini, saya bacakan sabda Rasulullah ﷺ 

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:

“مَنْ حَافَظَ عَلَى الصَّلَوَاتِ كَانَتْ لَهُ نُورًا وَبُرْهَانًا وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ،
وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ تَكُنْ لَهُ نُورًا، وَلَا بُرْهَانًا، وَلَا نَجَاةً،
وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ، وَفِرْعَوْنَ، وَهَامَانَ، وَأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ.

“Barang siapa yang menjaga sholat, maka sholat itu akan menjadi cahaya, bukti (keimanan), dan keselamatan baginya pada hari kiamat. Dan barang siapa yang tidak menjaganya, maka sholat itu tidak akan menjadi cahaya, bukti, dan keselamatan baginya. Dan pada hari kiamat, ia akan bersama Qarun, Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.”

(HR. Ahmad, ad-Darimi, ath-Thabrani. Dihasankan oleh al-Mundziri, dan disahihkan oleh al-Albani)

 

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ

وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآياَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ

وَأَسْتَغْفِرُهُ لِي وَلَكُمْ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ هَدَانَا صِرَاطَهُ الْمُسْتَقِيْمَ، صِرَاطَ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَالصِّدِيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُوْلـئِكَ رَفِيْقاً. أشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

  • اِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِي يَاَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
  • اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
  • اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ.
  • اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ. وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بَلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
  • اَللّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ
  • رَبّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
  • رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
  • إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر
  •  وَأَقِيۡمُوۡا الصَّلَاة…
Berita Populer