Cita-Cita Santriwati dan Teladan Perempuan Beriman dalam Islam

Bagikan :
NASIHAT – Pengasuh Masjid Kapal Munzalan Indonesia, KH.Luqmanulhakim (Ayahman) memberikan nasihat kepada Santri Akhwat Pondok Pesantren Trubus Iman beberapa waktu yang lalu. (Foto. Istimewa)

masjidkapalmunzalan.id – Pengasuh Masjid Kapal Munzalan Indonesia (MKMI), KH Luqmanulhakim atau akrab disapa Ayahman, dalam kunjungannya ke Pondok Pesantren Trubus Iman memberikan nasihat penuh makna kepada para santriwati.

Pesan pertama yang beliau sampaikan adalah pentingnya santriwati menjaga diri meskipun di luar sana banyak tantangan dan godaan yang menggerus jati diri seorang muslimah. Ayahman mengingatkan, salah satu pekerjaan yang terasa “mudah” namun berbahaya adalah menyalahkan orang lain.

“Banyak orang pintar menilai orang lain, tapi terlalu bodoh menilai diri sendiri. Di mata orang yang suka menyalahkan, semua orang akan terlihat salah,” ujar Ayahman.

Untuk memperjelas pesannya, Ayahman menceritakan ilustrasi kisah seorang kakek yang tertidur di sofa. Sang cucu usil mengoleskan jenggot kakeknya dengan air bercampur terasi. Saat bangun, kakek mencium aroma tak sedap dan mengira seluruh dunia berbau terasi. Pesan dari ilustrasi ini jelas: jangan terburu-buru menyalahkan orang lain, karena bisa jadi masalahnya ada pada diri kita sendiri.

Menurut Ayahman, iman bisa dipelajari dari manusia yang dipilih Allah, yaitu Nabi Muhammad Saw. Rasulullah Saw pernah tidak dikenal, bahkan dicap sebagai pendusta. Namun pada usia 25 tahun beliau dijuluki Al-Amin (dapat dipercaya) dan pada usia 40 diangkat menjadi Rasul. Meskipun dihina dan dituduh, beliau tetap berbuat baik.

“Ketika orang jahat dibalas dengan kebaikan, itulah iman,” tegas Ayahman.

Dari Nabi Muhammad Saw kita belajar bahwa iman berarti tetap baik walau diperlakukan jahat, tetap mendoakan walau dilupakan, dan tetap berprasangka baik kepada Allah walau takdir yang terjadi tidak sesuai harapan.

Cita-Cita Seorang Santriwati yang Baik

Ayahman menguraikan empat cita-cita utama yang patut dimiliki muslimah:

  1. Menjadi Anak Sholeha
    Teladani Fatimah az-Zahra yang berbakti kepada orang tua. Dalam profesi apa pun, seorang muslimah tetap harus berada di koridor sebagai anak yang sholeha.
  2. Menjadi Istri Sholeha
    Contohnya Khadijah binti Khuwailid yang setia mendukung Rasulullah Saw dengan tenaga, harta, dan jiwa. Ia menjadi penopang utama dakwah hingga akhir hayatnya.
  3. Menjadi Ibu Sholeha
    Seperti Maryam yang menjaga kehormatan dan auratnya. Meski diuji hamil tanpa suami, Maryam tetap teguh dalam iman dan Allah mengabadikannya dalam Surah Maryam.
  4. Menjadi Ibu Ideologis bagi yang Lain
    Contohnya Asiyah, yang merawat Nabi Musa hingga selamat dari ancaman Firaun dan menjadi penyelamat agama.

Keempat tokoh teladan ini memiliki satu kesamaan: mereka semua memiliki iman yang kokoh.

  • Fatimah az-Zahra menjadi anak sholeha karena iman.
  • Khadijah menjadi istri sholeha karena iman.
  • Maryam menjaga Isa dengan penuh kasih sayang karena iman.
  • Asiah merawat Musa dengan sepenuh hati karena iman.

Dengan iman, seorang muslimah akan mampu menjaga diri, menunaikan perannya, dan menjadi cahaya bagi sekitarnya. (*)

Berita Populer