Pengertian dakwah diambil dari bahasa arab yang artinya adalah ajakan, Sedangkan pengertian dakwah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penyiaran agama dan pengembangannya di kalangan masyarakat; seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan agama.
Kewajiban berdakwah menjadikan kita sebagai ummat Nabi Muhammad dicirikan allah sebagai ummat yang terbaik, hal ini sebagaimana yang telah ditegaskan allah di dalam al qur’an:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ
Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah
Dalam Islam, dakwah adalah salah satu kewajiban yang diperintahkan Allah SWT kepada setiap muslim. Dakwah bukan hanya tentang menyampaikan pesan kebenaran, tetapi juga tentang bagaimana pesan itu disampaikan dengan cara yang baik dan bijaksana.
Dalam berbagai kisah para nabi, termasuk Nabi Muhammad SAW, kita menemukan bahwa kelembutan dan kesantunan adalah bagian dari metode dakwah yang sangat ditekankan.
Sikap lembut dan penuh kasih sayang ini sering kali lebih efektif dalam membuka hati dan pikiran orang lain dibandingkan dengan pendekatan yang keras.
Sebagai contoh berdakwah yang dilakukan dengan lemah lembut ialah, tatkala allah memerintahkan Nabi Musa dan Nabi Harun untuk berbicara dengan lembut kepada Fir’aun, seorang penguasa yang dzalim, agar hatinya tersentuh kepada pesan kebenaran.
Kisah ini diabadikan allah dalam Al Qur’an di surah Toha ayat 44:
فَقُولَا لَهُۥ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُۥ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ
Artinya: Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”.
Imam Ibnu Katsir menambahkan dalam kitab tafsirnya bahwa ayat ini mengandung pelajaran yang penting, yaitu sekalipun Fir’aun adalah orang yang sangat membangkang dan sangat takabur, sedangkan Musa adalah makhluk pilihan Allah saat itu, Musa tetap diperintahkan agar dalam menyampaikan risalah-Nya kepada Fir’aun memakai bahasa dan tutur kata yang lemah lembut dan sopan santun.
Kisah perintah Allah kepada Nabi Musa dan Nabi Harun untuk berdakwah dengan lemah lembut kepada Fir’aun mengajarkan kita bahwa kelembutan dalam berdakwah adalah salah satu cara terbaik untuk menyentuh hati manusia, bahkan terhadap orang yang paling membangkang sekalipun.
Prinsip dakwah dengan kelembutan ini juga sangat dicontohkan oleh Nabi Muhammad ﷺ dalam berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya seperti kisah yang termaktub dibawah ini.
Suatu hari, seorang Badui masuk ke dalam Masjid Nabawi di Madinah dan, tanpa rasa sungkan, buang air kecil di salah satu sudut masjid. Para sahabat yang melihatnya marah dan hampir menghentikannya secara kasar, tetapi Nabi Muhammad SAW segera menenangkan mereka.
Beliau mengatakan kepada para sahabat, “Biarkan dia menyelesaikannya, jangan ganggu dia.” Setelah pria itu selesai, Nabi SAW dengan lembut mendekatinya dan menjelaskan bahwa masjid adalah tempat yang suci, khusus untuk ibadah dan tidak untuk buang air. Nabi lalu meminta sahabat untuk membersihkan bekas air tersebut dengan menuangkan seember air ke atasnya.
Kelembutan Nabi ini menyentuh hati si Badui. Dia tidak hanya berhenti melakukan hal yang tidak pantas, tetapi bahkan berdoa, “Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad saja, dan jangan rahmati selain kami berdua.” Nabi SAW dengan sabar tersenyum dan menjawab, “Jangan engkau batasi rahmat Allah hanya untuk kita berdua.”(H.R Tirmidzi No:137)
Kisah ini menunjukkan betapa Nabi SAW memilih pendekatan yang lembut dan penuh pengertian, bahkan ketika orang lain melakukan hal yang salah di tempat ibadah. Beliau tidak menghina atau mempermalukan si Badui, melainkan dengan kasih sayang menyampaikan ajaran yang benar. Sikap lembut inilah yang mampu menyentuh hati, mengajarkan kebenaran, dan menciptakan perubahan yang lebih bermakna dalam diri seseorang.
Sebagai penutup, kisah-kisah yang telah disebutkan mengajarkan kita bahwa dalam berdakwah, kelembutan dan kesantunan adalah kunci utama untuk menyampaikan pesan kebenaran.
Baik dalam menghadapi Fir’aun yang angkuh maupun seorang Badui yang tidak tahu adab, Nabi Musa dan Nabi Muhammad ﷺ menunjukkan bahwa pendekatan yang lembut tidak hanya efektif, tetapi juga mencerminkan akhlak mulia yang harus dimiliki oleh setiap umat Islam.
Dalam dunia yang sering kali dipenuhi dengan konflik dan perpecahan, sikap lembut dan penuh kasih sayang dalam berdakwah dapat menjadi jembatan untuk memahami dan menerima ajaran Islam.
Oleh karena itu, sebagai umat Nabi Muhammad ﷺ, kita dituntut untuk terus menerapkan prinsip-prinsip dakwah yang baik, agar kita dapat menjadi agen perubahan yang positif dan menjadi teladan dalam masyarakat.
Dengan demikian, dakwah yang kita lakukan tidak hanya akan menyentuh hati, tetapi juga akan membawa dampak yang lebih luas bagi kebaikan umat manusia.