Apa itu Tadabbur? Berikut Penjelasannya dalam Rangkuman Jurnal: “Perspektif Al-Qur’an tentang Konsep Al-Tadabbur”

Bagikan :

Kubu Raya (18/11/2024) – Dalam banyak kesempatan kajian yang diadakan oleh Masjid Kapal Munzalan Indonesia, biasanya yang menjadi fokus utama dalam kajian itu adalah menadaburi kandungan ayat Al-Quran.

Namun sebenarnya, apa itu Tadabbur?. Jika merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “tadabur” berarti merenung. Terkait dengan pembahasan yang cukup mendalam mengenai konsep tadabbur, kami menemukan sebuah jurnal yang cukup menarik yang membahas mengenai Konsep Tadabbur dalam perspektif Al-Qur’an itu sendiri.

Untuk itu, kami telah merangkum isi jurnal tersebut, tentunya dengan tetap mencantumkan tautan terkait jurnal ini bagi para pembaca yang ingin mempelajarinya lebih lanjut.

Berikut ini Rangkuman Jurnal: Perspektif Al-Qur’an tentang Konsep al-Tadabbur

Pendahuluan
Dalam Al-Qur’an, term al-tadabbur ditemukan dalam empat ayat: Q.S. An-Nisa’ [4]: 82, Q.S. Al-Mu’minun [23]: 68, Q.S. Shad [38]: 29, dan Q.S. Muhammad [47]: 24. Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an tidak hanya untuk dibaca, tetapi juga untuk direnungkan (tadabbur) agar makna dan pesan mendalamnya bisa dipahami serta diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Definisi Tadabbur
Secara terminologis, tadabbur adalah memikirkan perkataan secara menyeluruh sehingga dapat memahami makna mendalamnya (al-tafakkur al-syâmil). Dalam konteks al-Qur’an, tadabbur berarti merenungkan ayat-ayat-Nya untuk memahami makna, hikmah, dan hukum-hukumnya.

Tadabbur dalam Al-Qur’an
1.Q.S. An-Nisa’ [4]: 82 :
Allah berfirman, “Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Alquran? Sekiranya (Alquran) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya.”

Ayat ini menegaskan bahwa mentadabburi Al-Qur’an adalah cara untuk menghindari kesesatan dan membuktikan bahwa Al-Qur’an bebas dari kontradiksi.

2. Q.S. Al-Mu’minun [23]: 68:
“Maka tidaklah mereka menghayati firman (Allah), atau adakah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka dahulu?”

Ayat ini mengajak umat manusia untuk mentadabburi Al-Qur’an agar dapat menerima kebenarannya dan menjauh dari kekafiran.

3. Q.S. Shad [38]: 29:
“Kitab (Alquran) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran.”

Bahwa hal ini tiada lain merupakan hikmah dari diturunkannya Al-Qur‘an, yaitu agar umat manusia mau mentadabburi ayat-ayatnya. Karena keberkahan dan kebaikan Al-Qur‘an hanya akan didapatkan melalui proses tadabbur.

4. Q.S. Muhammad [47]: 24:
“Maka tidakkah mereka menghayati Alquran, ataukah hati mereka sudah terkunci?”

Ayat ini menggambarkan bahwa tidak mentadabburi al-Qur’an menyebabkan hati seperti rumah terkunci yang tidak dapat menerima cahaya hidayah.

Tadabbur dalam Hadits dan Praktik Salafus Shalih
Hadits-hadits menunjukkan bahwa Rasulullah SAW, para sahabat, dan generasi salafus shalih membaca al-Qur’an dengan penuh penghayatan, pengulangan, dan tidak tergesa-gesa. Hal ini merupakan praktik tadabbur ‘amali atau aplikasi perenungan secara nyata.

Perspektif dan Hikmah Tadabbur
1. Tujuan utama al-Qur’an: Agar manusia menadabburi ayat-ayatnya untuk memahami ilmu, hikmah, dan hukum-hukumnya (Q.S. Shâd [38]: 29).
2. Hati yang terkunci: Orang yang tidak menadabburi al-Qur’an digambarkan sebagai hati yang tertutup dari cahaya kebenaran (Q.S. Muhammad [47]: 24).
3. Pengaruh universal: Tadabbur diwajibkan tidak hanya untuk Muslim, tetapi juga untuk siapa saja termasuk orang-orang munafik dan kafir sekalipun, mereka diperintahkan untuk mau menadabburi Al-Qur‘an. Hal ini ditegaskan dalam Q.S. al-Nisâ’ [4]: 82 dan Q.S. al-Mu’minûn [23]: 68.

Kesimpulan
1. Perintah tadabbur ditemukan dalam empat ayat al-Qur’an.
2. Tadabbur adalah hikmah agung diturunkannya al-Qur’an, yakni agar manusia memahami kandungannya dan menerapkannya.
3. Tadabbur adalah cara untuk menghidupkan hati dan membangun hubungan yang sinergis dengan nilai-nilai al-Qur’an.
4. Tadabbur mendorong manusia kepada kebaikan, menjauhkan dari keburukan, dan membangun kepribadian yang paripurna.

Semoga jurnal ini mampu menginspirasi kita semua untuk lebih memahami dan mengaplikasikan kandungan Al-Qur’an melalui proses tadabbur.

Referensi:

Abu Aisyah Rahendra Maya. 2014. Perspektif al-Qur’an tentang Konsep al-Tadabbur.  Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Quran dan Tafsir. Vol 1 No. 01.

https://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/alt/article/view/166/164

Berita Populer