
masjidkapalmunzalan.id – Lir-Ilir Fest 2025 hadir menyapa warga Yogyakarta dan sekitarnya pada Jumat hingga Senin, 15–18 Agustus 2025. Rangkaian kegiatan diisi dengan safari dakwah di berbagai titik di Yogyakarta, menghadirkan sejumlah asatidz dan asatidzah.
Puncak acara berupa Tabligh Akbar digelar Ahad malam (17/8/2025) di Jogja Expo Center. Mengusung tema “Seruan Syahdu dari 4 Penjuru”, tabligh akbar ini menghadirkan empat tokoh nasional: Ustaz Abdul Somad (UAS), Habib Muhammad Anies, Ustaz Salim A Fillah, dan Ustaz Luqmanulhakim (Ayahman).
Ustaz Luqmanulhakim (Ayahman): Kita Masih Punya Allah
Dalam tausiyahnya, Ayahman mengajak jamaah untuk merenungkan detak jantung yang terus bekerja tanpa kita perintah. Itu adalah nikmat Allah yang tak pantas kita dustakan dengan keluhan.
“Banyak orang terluka, tetapi mereka tetap bisa mengucapkan Alhamdulillah ‘ala kulli hal,” serunya.
Ayahman mengingatkan, sekalipun hidup terasa berat, janganlah berputus asa. Kita masih punya Allah yang tidak pernah meninggalkan hamba-Nya. Seraya berdoa, ia mengajak jamaah memohon kehidupan berkualitas, tenang tanpa utang, bahagia tanpa kepura-puraan, dan istiqamah hingga ke surga.
Selain Allah, umat juga masih memiliki Rasulullah ﷺ. Dengan penuh tanya ia menyampaikan, “Siapa yang percaya Rasulullah sedang menunggu kita? Apa alasan kita tidak mencintai agama ini?” Seruan ini menjadi pesan dari Pontianak, mewakili empat penjuru dakwah.
Habib Muhammad Bin Anies: Menyalahkan Diri, Bukan Allah
Habib Muhammad Anies mengawali tausiyahnya dengan kisah Nabi Adam a.s. yang ketika diturunkan ke bumi tidak menyalahkan Allah, melainkan dirinya sendiri. Beliau membaca doa dari QS. Al-A’raf: 23: “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan merahmati kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.”
Ia juga menyinggung doa Nabi Yunus a.s. dalam QS. Al-Anbiya: 87, ketika beliau diuji dalam perut ikan: “Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.”
Dari para nabi, kita belajar bahwa saat diuji, bukan Allah yang disalahkan, melainkan diri sendiri. Bahkan Rasulullah ﷺ ketika dilempari di Thaif, tidak menyalahkan orang lain, melainkan mengintrospeksi diri.
Ustaz Salim A Fillah: Bersatu, Berdoa, dan Berjanji untuk Indonesia
Ustaz Salim A Fillah menyampaikan tiga seruan syahdu yang terinspirasi dari lagu Indonesia Raya.
- Indonesia Bersatu. Umat Islam yang jumlahnya mayoritas harus bersatu agar Indonesia kuat. “Kita punya kiblat yang sama, Tuhan yang sama, dan Rasul yang sama. Maka kita bersaudara,” tegasnya.
- Indonesia Bahagia. Ia mengajak umat menjadi pendoa. Menurutnya, doa tak pernah mengecewakan karena Allah bisa mengabulkan, menunda, mengganti dengan keselamatan, atau menjadikannya penggugur dosa.
- Indonesia Abadi. Yang abadi adalah kebersamaan kita sebagai bangsa, nilai perjuangan, dan solidaritas umat Islam, termasuk dalam mendukung kemerdekaan Palestina.
Ustaz Abdul Somad (UAS): Kuatkan Diri dengan Hubungan kepada Allah
UAS membuka tausiyahnya dengan pesan agar umat tidak mengeluh terhadap apa yang Allah berikan. Ia menyinggung kisah Nabi Musa a.s. menghadapi Fir’aun, yang tak bisa dilalui sendirian sehingga beliau meminta bantuan Nabi Harun sebagaimana disebut dalam QS. Thaha: 25–28.
Beliau juga menekankan pentingnya memperhatikan bacaan dalam sholat. “Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam,” (QS. Al-An’am: 162).
Menurutnya, banyak orang sholat asal-asalan tanpa merenungkan makna bacaannya. Padahal, kekuatan hidup terletak pada kualitas hubungan dengan Allah. UAS menutup tausiyahnya dengan pesan agar memperbanyak sholawat untuk mendapatkan syafaat Rasulullah ﷺ.
Lir-Ilir Fest 2025 di Yogyakarta menjadi momentum dakwah kolaboratif yang sarat makna. Dari empat penjuru seruan syahdu, umat diingatkan untuk bersyukur, tidak berputus asa, bersatu, memperbanyak doa, serta memperbaiki hubungan dengan Allah dan Rasulullah. (*)