masjidkapalmunzalan.id – Kesetiaan seorang istri dapat terlihat dari bagaimana ia memperlakukan suaminya yang sedang sakit. Istri yang ikhlas merawat dan menemani kesembuhan suaminya menunjukkan bentuk nyata dari kasih sayang, kepedulian, dan penghormatan terhadap suaminya. Sebaliknya, ketidakpedulian seorang istri saat suaminya sakit merupakan bentuk kedurhakaan, dan dalam pandangan Islam, hal itu bisa mendatangkan laknat dari Allah SWT.
Dalam buku “Istri yang Paling Dibenci Allah Sejak Malam Pertama” karya Masykur Arif Rahman, dikutip perkataan sahabat Anas bin Malik RA:
“Beberapa sahabat Rasulullah SAW berkata kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah, hewan ternak ini tak berakal, tetapi sujud kepada tuannya. Kami adalah makhluk berakal, maka sepatutnya kami pun bersujud kepada Tuan.’
Rasulullah SAW bersabda, ‘Tidak patut seseorang sujud kepada orang lain. Sekiranya seseorang boleh sujud kepada orang lain, tentu aku akan suruh seorang istri sujud kepada suaminya karena besarnya hak suami atas istrinya. Sekiranya suami menderita luka dari ujung kaki sampai ujung kepalanya, berbau busuk dan nanah meleleh pada tubuhnya, lalu istrinya menjilatinya hingga bersih, itu pun belum cukup untuk menunaikan hak suaminya (sepenuhnya).'”
(HR. Ahmad dan Nasa’i)
Hadis ini menggambarkan betapa besar hak suami atas istrinya. Bahkan jika sang istri sudah berusaha keras merawat suami dalam kondisi paling sulit sekalipun, tetap belum dikatakan sempurna dalam menunaikan kewajibannya. Maka tak heran, jika seorang istri justru acuh atau tidak peduli saat suami sakit, ia termasuk dalam golongan yang durhaka dan pantas mendapat siksa pedih di akhirat.
Bagaimana Jika Sang Istri yang Sakit?
Islam tidak hanya menekankan hak suami, tetapi juga menempatkan kewajiban suami untuk berbuat baik kepada istri, terutama saat istri dalam keadaan lemah seperti sakit, hamil, atau melahirkan. Dalam buku “Pedoman Ilahiah dalam Berumah Tangga” karya Muhammad Albahi dkk, disebutkan bahwa seorang suami wajib merawat istrinya dengan kasih sayang, dan tidak boleh memaksanya melakukan pekerjaan rumah ketika sakit.
Contoh teladan datang dari Utsman bin Affan RA, menantu Rasulullah SAW, yang merawat istrinya—putri Rasulullah—saat sedang sakit. Karena hal itu, Utsman tidak ikut serta dalam Perang Badar, namun Rasulullah SAW tetap memberikan pahala besar kepadanya.
Dari Ibnu ‘Umar RA berkata:
“Sesungguhnya Utsman tidak ikut serta dalam Perang Badar karena dia sedang menjaga istrinya, putri Rasulullah SAW, yang sedang sakit. Nabi SAW berkata kepadanya, ‘Kamu tetap mendapatkan pahala seperti orang yang ikut terlibat dalam Perang Badar dan bagian dari rampasannya (ghanimah).'”
(HR. Bukhari)
Ini menunjukkan bahwa merawat istri yang sakit bahkan bisa menyamai pahala jihad di medan perang, menunjukkan kemuliaan dan ganjaran besar bagi suami yang penuh perhatian.
Kasih sayang dan pengorbanan dalam rumah tangga tidak seharusnya hanya satu arah. Suami yang baik akan membantu istrinya ketika sakit, hamil, atau melahirkan. Membantu pekerjaan rumah saat istri dalam keadaan lemah bukanlah aib, melainkan bentuk cinta dan tanggung jawab yang sangat dihargai dalam Islam.
“Cinta sejati dalam rumah tangga teruji bukan hanya di kala senang dan sehat, tapi justru ketika pasangan jatuh sakit dan membutuhkan perhatian. Di situlah bukti nyata dari kesetiaan, kasih sayang, dan penghambaan kepada Allah melalui pengabdian kepada pasangan.”
Semoga kita semua termasuk dalam golongan pasangan yang setia, peduli, dan saling mencintai karena Allah SWT. (**)