Hijrah Komunal: Merajut Kembali Solidaritas dan Kepedulian Sosial di Tengah Individualisme

Bagikan :
Ilustrasi. (Foto.Net)

masjidkapalmunzalan.id – Bulan Muharram kembali menyapa, membawa serta spirit tahun baru dalam kalender Hijriah. Lebih dari sekadar pergantian angka, Muharram adalah ajakan untuk refleksi mendalam dan transformasi diri. Di jantung Muharram, kita mengenang peristiwa agung Hijrah—bukan semata perpindahan fisik Nabi Muhammad SAW dan para sahabat dari Mekkah ke Madinah, melainkan sebuah episentrum perubahan mental dan sosial menuju kebaikan yang lestari.

Namun, di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, sebuah tantangan besar membayangi: individualisme. Kita sering terjebak dalam pusaran “aku,” fokus berlebihan pada kepentingan pribadi, seolah lupa bahwa kita adalah makhluk sosial. Dampaknya terasa nyata: hubungan sosial yang merenggang, rasa sepi di tengah keramaian digital, dan perlahan menipisnya empati. Kita mungkin tak menyadarinya, tetapi tembok tak kasat mata sedang dibangun, memisahkan kita dari tetangga, bahkan dari keluarga.

Inilah saatnya kita mengusung konsep “Hijrah Komunal”. Sebuah ajakan untuk bergerak bersama, berhijrah dari egoisme menuju kebersamaan dan kepedulian. Artikel ini adalah upaya untuk membangkitkan kembali nyala solidaritas, mengambil inspirasi murni dari perjalanan Hijrah yang penuh hikmah.

Mari sejenak menilik kembali teladan Hijrah agung Nabi Muhammad SAW. Ketika beliau tiba di Madinah, tugas pertamanya bukanlah membangun istana megah, melainkan merajut persaudaraan yang kokoh antara kaum Muhajirin (pendatang) dan Ansar (penduduk asli Madinah). Peristiwa Muakhah, yaitu persaudaraan luar biasa antara keduanya, menjadi bukti nyata pengorbanan, kepedulian tanpa batas, dan semangat berbagi yang tak ternilai. Kaum Ansar dengan lapang dada membagi harta, rumah, bahkan kebun mereka, demi saudara-saudara Muhajirin. Ini bukan sekadar tindakan sesaat, melainkan fondasi peradaban yang madani, dibangun di atas pilar-pilar kebersamaan.

Dari sana, kita belajar bahwa Hijrah Komunal bertumpu pada pilar-pilar esensial:

  • Pertama, Empati. Kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang orang lain rasakan adalah fondasi pertama untuk meruntuhkan tembok individualisme.
  • Kedua, Kolaborasi. Kekuatan sejati terletak pada kerja sama untuk tujuan yang lebih besar, bukan hanya berkompetisi demi kemenangan pribadi.
  • Ketiga, Ta’awun (Saling Tolong Menolong). Membudayakan gotong royong dalam setiap aspek kehidupan, dari hal kecil hingga besar, adalah manifestasi nyata kepedulian.

Intinya, Hijrah Komunal adalah pergeseran pola pikir dan tindakan: dari “aku” menjadi “kita.”

Spirit Hijrah Komunal bukanlah teori semata, melainkan sesuatu yang bisa kita praktikkan dalam keseharian, dimulai dari lingkaran terdekat kita.

Di Lingkungan Terdekat (Keluarga & Tetangga): Mari kita mulai dari rumah. Kurangi ketergantungan pada gawai, dan tingkatkan interaksi tatap muka yang hangat dengan keluarga. Dengarkan cerita mereka, hadir sepenuhnya dalam setiap momen. Kemudian, luaskan lingkaran kepedulian ke lingkungan sekitar. Aktiflah dalam kegiatan RT/RW, peduli pada tetangga yang sedang kesulitan, atau sekadar menyapa ramah saat berpapasan. Ikut kerja bakti membersihkan lingkungan, menjenguk yang sakit, atau berbagi makanan kecil, mungkin terlihat sepele, tetapi dampak sosialnya luar biasa.

Kontribusi di Ranah Digital: Era digital sering dituding sebagai penyebab individualisme. Namun, Gen Z dan Milenial punya kekuatan untuk mengubahnya. Manfaatkan media sosial sebagai wadah solidaritas digital. Sebarkan kampanye kebaikan, edukasi positif, atau berikan dukungan moral kepada mereka yang membutuhkan. Hindari penyebaran hoaks dan ujaran kebencian yang memecah belah. Fokuslah pada konten yang membangun dan menginspirasi kebersamaan. Media sosial bisa menjadi jembatan, bukan jurang pemisah.

Peran Gen Z dan Milenial: Kalian adalah agen perubahan yang sesungguhnya! Dengan energi, kreativitas, dan konektivitas yang luar biasa, kalian punya potensi besar untuk menyebarkan semangat ini. Jangan ragu berinovasi dalam ranah sosial. Ciptakan gerakan, platform, atau inisiatif yang mendorong kepedulian kolektif. Menggalang donasi online untuk sesama, mengadakan webinar yang membahas isu sosial, atau membentuk komunitas peduli di lingkunganmu—semua adalah langkah nyata mewujudkan Hijrah Komunal.

Mari kita jadikan bulan Muharram ini sebagai momentum nyata untuk berniat “Hijrah Komunal.” Setiap tindakan kecil kepedulian yang kita lakukan, sekecil apa pun itu, akan menjadi bagian dari gelombang besar perubahan. Dari senyuman tulus kepada tetangga, hingga partisipasi aktif dalam komunitas, semua adalah batu bata yang merajut kembali jalinan solidaritas kita.

Bayangkan sebuah masyarakat yang harmonis, di mana setiap individu merasa terhubung, saling peduli, dan hidup sejahtera bersama. Masyarakat yang individualisme tak lagi menjadi ancaman, melainkan digantikan oleh hangatnya kebersamaan. Muharram adalah pengingat abadi bahwa kekuatan sejati kita terletak pada kebersamaan, bukan pada kesendirian. Mari berhijrah, bersama-sama. (*)

Penulis Imam Subagja | Editor Chairul  Rijal F

Berita Populer