MASJID KAPAL MUNZALAN INDONESIA
Masjid Kapal Munzalan Indonesia hanyalah sebuah masjid kecil yang berdiri di gang sempit di tengah pemukiman non muslim. Masjid yang berdiri pada tahun 2012 ini hanya berukuran 11 x 17. Sementara 95% warga yang berada di sekitar masjid adalah masyarakat Tionghoa.
Baitullah
Subuh Menggapai Keberkahan (SMK)
SUBUH MENGGAPAI KEBERKAHAN (SMK)
FORUM BISNIS & KEWIRAUSAHAAN (FORBISK)
FORUM BISNIS & KEWIRAUSAHAAN (FORBISK)
BELAJAR FIQIH IBADAH
BELAJAR FIQIH IBADAH
Anti Baper
Anti Baper
SAMARA CENTRE
SAMARA CENTRE
KAJIAN SADAR HALAL
KAJIAN SADAR HALAL
MAJELIS SAUDAGAR QURANI
Baitul Qur'an
Baitul Maal

layanan ziswaf di baitulmaal munzalan indonesia
Hingga bulan Agustus 2022, BMI telah beroperasi di 30 Kabupaten Kota di Indonesia. Layanan utama BMI adalah menerima dan menyalurkan zakat, infaq, sedekah dan wakaf. Setiap bulan, BMI menyalurkan ziswaf antara Rp 9-10 milyar.
JUMLAH BAITULMAAL CABANG
cabang
BAITUL MU'AMALAH
sebaran aktivitas


JUMLAH MASJID CABANG
cabang
JARINGAN MASJID
Masjid di Indonesia, Malaysia, Jepang, Qatar, Australia.
Tentang
Masjid Kapal Munzalan Indonesia (MKMI) adalah sebuah kawasan yang terdiri dari empat pilar Masaajidallah; Baitullah, Baitulqura’an, Baitulmaal dan Baitulmuamalah. Kawasan MKMI dipimpin oleh seorang ayah atau pengasuh yang memiliki jiwa kepemimpinan dengan prinsip ketaatan, keteladanan, kepedulian dan kemandirian. Berawal dari bangunan Masjid kecil berukuran 11×17 m, akhirnya berkembangan menjadi suatu Kawasan wakaf yang bergerak, menggerakan dan bertumbuh bersama. Kawasan wakaf MKMI memiliki aset wakaf berupa Masjid Kapal Munzalan, Baitullmaal Munzalan Indonesia, Munzalan Tower, Munzalan Tjaroh Center, Balai Tahfidz, ratusan hektar tanah, puluhan rumah, puluhan kendaraan dan lain sebagainya yang kini tersebar diberbagai daerah di Indonesia. Seluruh aset wakaf tersebut dimiliki dan dikelola atas nama Masjid. Gerakan utama dari Kawasan Wakaf MKMI adalah Masjid, Keluarga, Masyarakat (MKM) yaitu mengajak orang kembali ke Masjid, sebagai titik sentral aktifitas dan pusat peradaban, menjadikan keluarga serta orang terdekat yang harus dapat merasakan langsung dampak dari keberkahan Masjid dan akhirnya menjadikan masyarakat menjadi makmur berkah berlimpah sejahtera. Perkembangan aktivitas amal sholeh yang telah menyebar di seluruh Indonesia saat ini sesungguhnya berawal dari masjid. Di Masjid yang dibangun oleh H.M. Nur Hasan dan H. Muhammad Arahman inilah muara pertemuan dari para penggiat dakwah yang memiliki misi dan semangat yang sama. Dan di Masjid ini pulalah para penggiat dakwah berproses untuk membangun fondasi amal sholeh, menegakan pilar pilarnya, membangun dinding dan atapnya. Saat ini telah berdiri puluhan lembaga yang dikelola oleh Masjid Kapal Munzalan Indonesia. Puluhan lembaga itu hampir seluruhnya dipikirkan dan dideklarasikan di Masjid. Di Masjid ini pula semua hal dimusyawarahkan dan diputuskan.

Pesan ayah man
“Masjid adalah pabrik manusia, bukan hanya sebuah bangunan. Rasulullah saw mendirikan Masjid Nabawi di Madinah lebih dari seribu tahun yang lalu dengan sederhana, tanpa atap dan dinding plesteran, namun dalam waktu singkat, jumlah orang yang terdidik melalui masjid tersebut melonjak drastis. Masjid bukan sekadar tempat ibadah, tapi pondasi perjuangan untuk kejayaan dunia dan akhirat. Memakmurkan masjid bukan hanya soal menjaga sholat, tetapi membuatnya menjadi pusat kegiatan, tempat berkumpul, belajar, dan mendapatkan petunjuk. Empat pilar penting dalam dakwah ke masjid adalah ketaatan, keteladanan, kepedulian, dan kemandirian. Masjid Kapal Munzalan Indonesia mengusung semangat ini, diharapkan cabang-cabangnya di seluruh Indonesia dapat meniru prinsip dan strategi ini. Membangun masjid tidak cukup hanya fisiknya, tetapi lebih penting lagi adalah membangun manusia yang mampu memakmurkan masjid sesuai teladan Rasulullah dan para sahabatnya. Hanya orang-orang spesial yang disebut Allah dapat memakmurkan Masjid Allah. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang spesial tersebut. Yang dipilih oleh Allah pikiran, tenaga dan hartanya untuk dapat terus beajar, bertaubat, berkhidmat dan memeprbaiki diri.” – K.H. Luqmanulhakim