masjidkapalmunzalan.id – Alam semesta yang luas menyimpan berbagai tanda kebesaran Sang Pencipta. Setiap fenomena yang terjadi menjadi pengingat bagi manusia akan keagungan Allah SWT. Salah satu peristiwa langit yang sarat makna adalah gerhana matahari maupun bulan, yang dianjurkan untuk disikapi umat Islam dengan melaksanakan shalat gerhana.
Shalat gerhana bukan sekadar ritual ibadah, melainkan wujud respons spiritual terhadap tanda-tanda kekuasaan Allah di alam semesta. Melalui shalat ini, rasa takjub terhadap ciptaan Allah dipadukan dengan ketaatan dan kekhusyukan dalam beribadah.
Apa Itu Shalat Gerhana?
Shalat gerhana adalah shalat sunnah yang dilakukan saat terjadi gerhana matahari atau bulan. Gerhana matahari terjadi ketika posisi Bulan berada di antara Matahari dan Bumi sehingga cahaya matahari terhalang. Sedangkan gerhana bulan terjadi ketika Bumi berada di antara Matahari dan Bulan, menutupi cahaya Matahari sehingga tidak sampai ke permukaan Bulan.
Nabi Muhammad SAW mencontohkan shalat ini dan para sahabat pun melaksanakannya. Meski bukan shalat wajib, ibadah ini sangat dianjurkan sebagai bentuk ketundukan seorang Muslim terhadap kebesaran Allah SWT.
Tata Cara Shalat Gerhana
Dilansir dari kemenag.go.id, tata cara shalat gerhana adalah sebagai berikut:
-
Berniat di dalam hati untuk melaksanakan shalat sunnah gerhana.
-
Takbiratul ihram seperti shalat biasa.
-
Membaca doa iftitah, ta’awudz, lalu surat Al-Fatihah dilanjutkan surat panjang dengan suara jahar.
-
Ruku’ panjang, kemudian i’tidal.
-
Membaca kembali surat Al-Fatihah dan surat Al-Qur’an dalam posisi berdiri kedua (lebih singkat dari yang pertama).
-
Ruku’ kedua (lebih singkat dari ruku’ sebelumnya), lalu i’tidal.
-
Sujud panjang, duduk di antara dua sujud, kemudian sujud lagi.
-
Rakaat kedua dikerjakan dengan tata cara yang sama, namun lebih singkat dari rakaat pertama.
-
Mengakhiri shalat dengan salam.
Baca Juga : https://masjidkapalmunzalan.id/gerhana-bulan-total-terlama-september-2025/
Dalil Pelaksanaan Shalat Gerhana
Shalat gerhana memiliki dasar hukum dari hadis Nabi Muhammad SAW. Salah satunya diriwayatkan Abu Bakrah ra., Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda Allah. Jika kalian melihat keduanya, maka berdirilah dan lakukanlah shalat.”
(HR. Bukhari no. 1040 dan Muslim no. 763)
Hadis lainnya diriwayatkan dari Aisyah ra., yang menceritakan bahwa Rasulullah SAW melaksanakan shalat gerhana dengan bacaan panjang, ruku’ dan sujud panjang, kemudian berkhutbah setelah shalat. Beliau menegaskan bahwa gerhana bukan terjadi karena kematian atau kelahiran seseorang, melainkan tanda kebesaran Allah. (HR. Bukhari no. 1042 dan Muslim no. 769).
Keutamaan Shalat Gerhana
Pelaksanaan shalat gerhana memiliki banyak nilai spiritual, di antaranya:
-
Ketundukan pada tanda-tanda Allah. Umat Muslim menunjukkan kepatuhan dengan merespons fenomena alam melalui ibadah.
-
Kesempatan ibadah sunnah. Shalat gerhana menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.
-
Pengampunan dosa. Beberapa hadis menyebutkan shalat ini dapat menghapus dosa.
-
Pengingat Hari Kiamat. Gerhana menjadi tanda besar yang mengingatkan manusia akan akhirat.
-
Momentum doa dan istighfar. Shalat gerhana adalah waktu yang tepat untuk berdoa dan memohon ampunan.
-
Meneladani Nabi Muhammad SAW. Umat Islam melaksanakan shalat gerhana sebagaimana dicontohkan Rasulullah.
Gerhana matahari maupun bulan bukan sekadar fenomena astronomi, melainkan tanda kebesaran Allah SWT. Shalat gerhana menjadi wujud ibadah yang menyatukan kekaguman terhadap alam dengan ketaatan kepada Sang Pencipta. Dengan melaksanakannya secara khusyuk, umat Muslim bukan hanya menjalankan sunnah Rasulullah, tetapi juga memperkuat hubungan spiritual dengan Allah SWT. (*)