“Berbaktilah Kepada Kedua Orang Tua” (Teks Khutbah Jumat, 31 Januari 2025 oleh Ustadz Akbar Syukrian)

Bagikan :

Kubu Raya (31/1/2025) – Di balik setiap langkah kita yang penuh percaya diri, ada doa orang tua yang tak pernah putus mengiringi. Mereka adalah tangan pertama yang mengangkat kita saat terjatuh, senyum pertama yang menyambut keberhasilan kita, dan hati yang paling tulus mencintai tanpa syarat.

Namun, seiring waktu berlalu, sering kali kita terlalu sibuk mengejar dunia hingga lupa bahwa mereka hanya menginginkan sedikit perhatian dan kasih sayang dari anak-anaknya.

Padahal, Allah telah memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada orang tua, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an:

“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun, dia berdoa, “Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sungguh, aku bertobat kepada Engkau, dan sungguh, aku termasuk orang muslim”. (QS. Al-Ahqaf [46] : 15)

Sudahkah kita benar-benar berbakti kepada mereka sebelum waktu tak lagi memberi kesempatan?

Berikut teks khutbah jumat Masjid Kapal Munzalan Indonesia, tanggal 31 Januari 2025 yang disampaikan oleh Ustadz Akbar Syukrian.

 

Khutbah Jum’at – Berbaktilah Kepada Kedua Orang Tua

Ust. Akbar Syukrian

ٱلْـحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي أَمَرَنَا بِبِرِّ ٱلْوَالِدَيْنِ وَنَهَانَا عَنْ عُقُوقِهِمَا، سُبْحَانَهُ جَعَلَ رِضَاهُ فِي رِضَاهُمَا وَسَخَطَهُ فِي سَخَطِهِمَا. وَأَمَرَنَا بِشُكْرِ ٱلْوَالِدَيْنِ، وَٱلْإِحْسَانِ إِلَيْهِمَا، وَحَثَّنَا عَلَى ٱغْتِنَامِ بِرِّهِمَا.  أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلهَ إِلاَّ الله ُوَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا نَبِيَّ الرَحْمَةِ وَقُدْوَةَ الأُمَّةِ لِنَيْلِ السَعَادَةِ فيِ الدُنْيَا وَالآخِرَةِ، فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوصِيْكُمْ وَإِيّاَيَ بِتَقْوَى اللهِ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.

Hadirin-saudaraku, yang dimuliakan Allah SWT, bersyukur kita kepada Allah, atas segala nikmat dan karunia, yang telah Allah berikan kepada kita sampai hari ini, Allah masih gerakkan hati kita, ringankan langkah kita dan panggil keimanan kita, untuk hadir ke masjid ini melaksanakan indahnya shalat jum’at berjama’ah. Kita berdoa, mudah-mudahan kita semua yang ada di masjid ini, beserta keluarga kita dan anak cucu keturunan kita sampai hari kiamat, menjadi golongan umat-umat Rasulullah yang akan bersama dengan beliau di dalam surga nantinya.

Shalawat dan Salam, senantiasa tercurah kepada baginda Rasul Muhammad, SAW. Suri tauladan terbaik di sepanjang hidup di dunia ini, usia-nya hanya 63 tahun, hampir 1500 tahun yang lalu beliau pergi meninggalkan kita, tapi sampai hari ini, setiap lisan yang berbicara tentang beliau, selalu keagungan akhlak dan budi pekerti yang sempurna keluar dari lisan-lisan tersebut. Begitulah mulianya akhlaknya, Rasulullah.

Coba bayangkan dengan banyaknya manusia hari ini, kadang diberikan usia lebih panjang dari 63 tahun. Badan yang yang dulu gagah sudah mulai meringkih, rambut yang dulu hitam sudah mulai memutih, bahkan usianya lebih dari 63 tahun, tapi tidak juga mendekatkan dirinya kepada Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda :

خَيْرُ ٱلنَّاسِ مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ، وَشَرُّ ٱلنَّاسِ مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ.

Artinya : “Sebaik-baiknya manusia, adalah orang yang diberikan usia yang panjang dan baik amalannya. Dan seburuk buruk manusia yang panjang umurnya tapi buruk perangainya.

Hadirin yang dirahmati oleh Allah, sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa Baginda Nabi Muhammad SAW adalah manusia terbaik yang pernah diutus ke dunia ini. Beliau bukan hanya seorang Rasul yang membawa petunjuk dan wahyu dari Allah, tetapi juga seorang pemimpin, pendidik, suami, ayah, sahabat, serta contoh terbaik dalam segala aspek kehidupan. Kemudian, sosok Baginda Nabi Muhammad SAW karena budi pekertinya yang luar biasa, di usia 40 tahun diangkat menjadi Rasulnya Allah, dan sekaligus dinobatkan sebagai khatamu-l-anbiya’ Nabi penutup dari para Nabi-Nabi sebelumnya. Begitu banyak hal yang luar biasa yang bisa digambarkan dari baginda Rasul Muhammad SAW, tapi satu hal yang mungkin bisa menjadi renungan bagi kita semua.

Rasulullah itu adalah kekasih Allah, yang mana Allah menjadikannya panutan bagi umat manusia yang hidup setelahnya hingga hari kiamat, ia terkenal dengan kesempurnaan akhlak yang dimiliknya. Sampai Allah memuji Nabi dan termaktub dalam al Qur’an pada surah al Qalam ayat 4 :

وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ ۝٤

Artinya : “Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung”.

Tapi jangan berfikir, walaupun Rasulullah itu kekasih Allah, orang yang sangat dicintai Allah, Beliau tak lepas dari ujian dan cobaan yang diberikan Allah kepadanya. Salah satunya adalah Nabi tidak pernah melihat ayahnya, ayahnya sudah wafat kala ia masih berada di dalam kandungan ibunya. Bukan hanya itu, Ibu Nabi yang bernama Siti Aminah juga wafat pada usia Nabi yang baru menginjak 6 tahun. Ia berstatus yatim piatu sejak usia 6 tahun. Tapi ketika seorang sahabat bertanya kepada Nabi, Ya Rasuul, ayyu-l-’amali ahabbu ilallahi? Wahai Rasul, apa amalan yang paling dicintai oleh Allah? Kemudian Rasul menjawab yang salah satunya adalah birru-l-walidain, berbakti kepada kedua orang tua.

Saudaraku yang dimuliakan Allah, Rasulullah SAW adalah orang yang tidak menerima kasih sayang ayah, orang yang tidak pernah menggenggam dan mencium tangan ayahnya, bahkan dari kecil, ia juga sudah di tinggal oleh ibunya. Tapi Rasulullah mengatakan salah satu amalan terbaik yang dicintai Allah adalah berbakti kepada kedua orang tua. Mengapa? karena begitu besar pengorbanan dan kasih sayang yang diberikan ayah dan ibu kepada anak-anaknya. Kita tidak akan bisa seperti hari ini, setinggi apa pun jabatan kita, Semewah apa pun kehidupan kita, Kita bukanlah siapa siapa, tanpa wasilah orang tua kita. Orang tua kita yang sudah mengurusi dan membiayai kita dari kecil, mereka adalah ayah dan ibu yang dengan tulus mencintai kita.

Coba lihat pengorbanan ibu, sembilan bulan kita di kandungnya dalam rahimnya, dilahirkannya kita, ia bersimbah darah, mungkin dibelah perutnya, bertaruh nyawa saat persalinan. Dijaganya kita siang dan malam, bahkan ibu kadang terbangun di tengah malam, karena kita menangis minta susu, bahkan terkadang ibu tidurnya tidak nyenyak, karena menjaga kita dari gigitan nyamuk. Ibu di tengah repotnya dia untuk mengurus rumah, ibu masih menyempatkan diri untuk mengantar jemput kita sekolah, bahkan mungkin ibu juga ikut bekerja, karena penghasilan ayah tidak cukup untuk membiayai kita anak-anaknya yang banyak, yang dia lahirkan dari rahimnya.

Begitu juga dengan ayah. Laki-laki hebat itu tidak ditakdirkan untuk mengandung dan melahirkan, tapi percayalah, kasih sayang dan cinta ayah tidak lebih kecil dari pada ibu. Tangannya luka, keringatnya bercucuran, bahkan mungkin tubuhnya mengeluarkan darah, semata-mata hanya untuk membuat bahagia anak-anaknya, agar anaknya bisa tetap sekolah, agar anaknya bisa sukses. Walaupun ayah, mungkin adalah orang yang gagal dalam urusan dunia, tapi seorang ayah tetap berkata : “sekolah kau yang tinggi wahai anakku, jangan kau pikirkan biayanya, biarkan ayah kerja siang dan malam, yang penting kau bisa sekolah dan meraih kesuksesan”.

Tanpa kita sadari, ketika kita sukses di usia 40, di usia 50, mungkin ayah tak menikmati ke suksesan itu, ketika kita berhasil di usia 40, 50, mungkin ibu sudah kembali kepada Allah SWT. Tapi bagaimana rasa sayangnya ayah, bahagiannya ayah, lelah dia pulang bekerja, letih dia pulang bekerja, tapi lelah dan letih itu terasa hilang, ketika sampai rumah dia menggendong anaknya dan mengajak anaknya bermain.

Hadirin yang dimuliakan Allah SWT, Rasulullah SAW bersabda yang diriwayatkan oleh Muslim dengan nomor hadits 1978 :

لَعَنَ اللَّهُ مَنْ سَبَّ أَبَاهُ، وَلَعَنَ اللَّهُ مَنْ سَبَّ أُمَّهُ

Artinya : “Allah melaknat orang yang durhaka kepada ayahnya, dan Allah melaknat orang yang durhaka kepada ibunya”.

Begitu banyak ungkapan yang mengatakan hari ini, ketika orang tua kaya, anak jadi raja, tapi ketika anak yang kaya, sering sekali orang tua, seakan akan jadi pembantu, bukan di rumah anaknya, tapi di rumahnya sendiri, rumah yang dia bangun dengan suaminya, rumah yang dia bangun dengan istrinya. Di saat anak-anaknya kecil, dia bangunkan rumah yang besar, agar ketika hujan deras melanda, anaknya tidak terkena hujan. Bahkan ketika dingin, mencekam, anaknya tidak terasa dingin, dia bangunkan rumah yang bagus supaya berteduh anak-anaknya. Tapi anak-anak itu lambat laun besar, dia menikah dengan wanita, dia menikah dengan laki laki, dan pada akhirnya tak sedikit orang tua yang terusir dari rumahnya sendiri, karena anak-anak laki-lakinya membawa istrinya tinggal di situ. Tidakkah realita hari ini, berapa banyak anak-anak laki-laki yang rela mencaci maki ke dua orang tuanya karena membela istri-istrinya? tidakkah ada sekarang anak perempuan yang membenci orang tuanya, karena terlalu mencintai suaminya.

Hadirin sekalian, coba sejenak kita kembali ke masa kecil kita dulu, lihatlah bagaimana ayah berjuang setengah mati, untuk membesarkan kita? Siapa pun ayah itu, Ayah kita nelayan, dia pergi setiap hari dengan sampan ke tengah laut mencari ikan, dengan jaringnya yang kecil, dia mengais rezeki, supaya kita bisa makan dan bisa sekolah, dia tak tahu akan ada ombak besar yang akan menerjangnya di tengah laut, tapi keyakinannya, aku pulang harus membawa ikan, agar anakku bisa sekolah.

Siapa pun ayah kita, Ayah kita petani, dia pergi pagi hari membajak sawahnya, berkeringat, bercucuran, semua dia lakukan demi anaknya. Walaupun ayah kita itu seorang karyawan, dimarahi dicaci maki atasannya, tersinggung hatinya, remuk hatinya, bukan karena dia kuat, dia bertahan, tapi dia berkata : “kalau aku keluar, mungkin aku bisa tahan tidak makan, aku bisa mengais rezeki yang kecil dari tempat lain, tapi kalau aku keluar dari pekerjaan ini, anak aku makan apa? anakku gak bisa bayar uang sekolah, begitu pengorbanan ayah, begitu pengorbanan ibu.

Maasyiral muslimin rahimakumullah !!

Kalau hingga hari ini orang tua kita masih ada, bersyukurlah, kenapa? Karena banyak orang yang tak dijumpakan Allah dengan orang tuanya sampai dia dewasa. Kalau hari ini kita masih jumpa dengan ayah dan ibu kita, apalagi rumahnya dekat dengan rumah kita, apalagi tinggal satu rumah dengan kita, banyakkan masakan kita, lebihkan belanjaan kita. Kasih dia agar dia tahu, Kita masak di rumah dan rezeki kita ada untuk berbagi dengannya. Tapi kalau dia jauh, makan jenguklah dia, jangan tunggu lebaran tiba, belum tentu lebaran nanti dia masih bernyawa, jangan tunggu kau sibuk datang, ketika dia sudah tak bernyawa, lalu kemudian jasadnya lama, menunggu kita datang dari sini sampai ke kampung halaman.

Tengoklah ayah kita, mungkin dia sedang sakit, tak ada uangnya untuk berobat. Lihatlah ibu kita, dia merindukan kita datang ke kampung halaman, walaupun hanya sebatas bawa sedikit makanan, Kita pulang, dia masak-kan makanan yang lebih banyak dari yang kita bawa.Mari kita bahagiakan orang tua kita, karena sesungguhnya kunci bahagianya hidup kita terleta kpada bakti kepada mereka.

Jama’ah sekalian. Ingat, bagaimana kisahnya Uwais al-Qarni, seorang laki-laki miskin, gelap kulitnya dan penyakitan, tapi sangat dicintai dan disayangi Rasul, bukan karena dia kaya dan punya jabatan. Tapi karena Uwais memiliki seorang ibu, dan dia sangat mencintai ibunya, bahkan Rasulullah itu tidak pernah ketemu dengan Uwais, tapi kenapa dia sangat mencintai Uwais? Karena Uwais sangat memuliakan ibu-nya. Suatu hari ibunya berkata : “Uwais ibu pengen melaksanakan ibadah haji, ibu pengen berhaji”, Uwais tidak tahu dengan apa diberangkatkan ibunya. Harta dia tidak punya, unta dia tidak punya. Akhirnya Uwais mengumpulkan sedikit demi sedikit uangnya untuk membeli seekor anak domba, seekor anak domba yang kecil, setiap hari dia gendong naik bukit, turun bukit, pagi sore – pagi sore sampai membesar anak domba itu. Orang yang melihatnya menganggap dia sudah gila, tapi ternyata Uwais ingin melatih kekuatan tangan dan ototnya, agar sanggup dan mampu menggendong ibunya ke Makkah.

Ketika hendak masuk musim haji, Uwais gendong ibunya ke Makkah. Tiga bulan lamanya, bahkan bahunya sampai lecet dan berdarah karena lamanya menggendong ibunya. Setelah itu, seorang sahabat berkata kepada Rasulullah, dia mengatakan :

“Ya Rasulullah, sungguh Uwais al-Qarni, telah menggendong ibunya ke Makkah, tiga bulan lamanya, bahkan bahunya sampai lecet dan berdarah. Apakah semua itu impas? Kalau dia membayar kasih sayang yang diberikan orang tuanya kepadanya? Apa kata Rasulullah, “jangankan seorang anak menggendong orang tuanya ke Makkah, andai ada seorang anak yang menggendong orang tuanya, mengelilingi besarnya bumi ini, semua itu tidak cukup, kalau untuk membayar kasih sayang dan cinta, yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya”.

Jangan kita malu punya orang tua miskin, karena mungkin dia miskin, karena biaya kita yang terlalu besar. Jangan kita malu punya orang tua, yang tidak berpendidikan, karena kita tahu pengorbanannya siang malam, hanya untuk mendidik dan membesarkan kita.

Ingatlah :  Ridha-a-llah, fii ridha-l-walidain, wasukhtu-l-llah, fii isukhti-l-walidain. Ridha Allah ada pada ridha kedua orang tua, dan murkanya Allah, ada pada murkanya kedua orang tua.

 

Khutbah Kedua

الحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ، وَاْلعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّ الْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ  .اِعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ فَقَالَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ وَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ الْأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ وَ قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. اللَّهُمَّ اغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَ ذُنُوْبَ وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارً.

Terima kasih ya Allah, kami sudah dilahirkan dari rahim seorang ibu yang mencintai kami, jika orang tua kami masih ada, tolong jaga orang tua kami ya Allah, sehatkan badannya, sehat dalam taat, sehat bermanfaat, panjangkan umurnya, luaskan dan lapangkan rezekinya dari arah yang tak disangka-sangka. namun jika hari ini mereka telah tiada, sampaikan salam kami kepadanya, kami sangat mencintai dan menyayangi mereka, ampunkan dosanya, lapangkan kuburnya, lepaskan siksa kuburnya dan tempatkan ia di tempat yang paling mulia bersama kekasih-Mu ya Allah.

Ya Allah, sebagian dari kami di masjid ini adalah orang tua yang mempunyai anak, jadikan anak kami, anak-anak yang solih dan solihah, yang menyenangkan hati kami, menjadi obat dari lelahnya kami, mencari nafkah di dunia ini. Tak banyak yang kami minta, kami tak minta mereka bangunkan kami rumah yang besar, kami tak minta mereka kasih kami uang yang banyak, emas yang berlimpah, melihat mereka bahagia saja, kami lebih bahagia. Satu yang kami harap kabulkan ya Rabb, satu yang kami minta, kabulkan ya Rabb, ketika nanti tiba waktu saat maut datang menjemput kami, Ya Allah, jadikan tangan anak kami yang memandikan jenazah kami, agar tak terbuka aib di tubuh kami, Ya Allah, jadikan tangan anak kami yang menggotong jenazah kami, tangan anak kami yang membalutkan kain kafan kami, dan kami ingin melihat anak-anak laki-laki kami yang berdiri sebagai imam shalat jenazah kami, dan menjadi tangan terakhir yang meletakkan jenazah kami ke liang lahat. Dan kumpulkan kami kembali bersama orang tua kami, pasangan kami, anak anak kami, keluarga kami, di surga Mu ya Allah bersama kekasih Mu Rasulullah SAW.

رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنْ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، فَاذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.

 

Berita Populer